Waspadai Pengaruh LGBT di Medsos

Waspadai Pengaruh LGBT di Medsos

radartasik.com, TAWANG — Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Tasikmalaya mengklaim upaya pencegahan HIV/Aids di sekolah sudah berjalan. Termasuk pendidikan seks untuk mencegah prilaku buruk para pelajar.


Kepala Disdik Kota Tasikmalaya, Ely Suminar mengaku prihatin dengan masih banyaknya kasus penularan HIV/Aids. Terlebih jika penularannya ada di kelompok usia sekolah. “Kami pun khawatir dengan kondisi itu,” ungkapnya kepada Radar, Jumat (3/12/2021).

Adapun upaya untuk pencegahannya, Disdik sudah rutin berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan. Yakni dengan menyosialisasikan bahaya HIV/Aids, penularannya sampai bagaimana untuk menghindarinya. “Ada kerja sama dengan Promkes yang lebih ahli di bidangnya,” ucapnya.

Selain itu, sekolah-sekolah pun ada pendidikan agama agar siswa terhindar dari perilaku buruk.

Termasuk prilaku yang bisa memicu penularan HIV/Aids. “Keagamaannya juga, karena kan bukan hanya soal kesehatannya saja,” ucapnya.

Disinggung soal masih adanya indikasi penularan di kalngan pelajar, dia mengakui hal itu masih mungkin terjadi. Pihaknya pun akan melakukan evaluasi untuk mengoptimalkan pencegahan HIV/Aids di kalangan pelajar. “Programnya kan sudah ada, tinggal kita maksimalkan lagi,” terangnya.

Di era digital ini, hampir semua pelajar sudah berkaitan dengan gadget dan media sosial. Di sisi lain kelompok LGBT yang kerap berburu pasangan meski belum saling kenal.

Seperti pengakuan salah seorang warga Cihideung, Nanang Koswara yang mendapat permintaan pertemanan di Facebook. Setelah dia terima, tiba-tiba langsung menyapa dengan bahasa yang mesra. “Dia pria tapi bahasanya udah peluk-peluk segala,” ucapnya.

Nanang memilih untuk mengabaikannya, karena dia beranggapan itu orang iseng. Namun ternyata pengguna yang sama pun melakukan hal serupa kepada beberapa temannya. “Teman saya juga ada yang di-chat, intinya sama seperti itu,” ucapnya.

Menurutnya, kelompok gay saat ini sudah semakin berani mencari mangsa di media sosial. Ini akan berpengaruh buruk jika yang menerima pesan tersebut adalah anak-anak.

“Kalau kita orang dewasa normal mungkin bisa mengabaikannya, tapi kan kalau anak-anak cukup rawan,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, masih banyaknya kasus HIV/Aids yang didominasi menular karena hubungan homoseksual karena edukasi yang masih lemah. Sementara penyebaran HIV ini mutlak harus dicegah karena obat penyembuhnya pun belum ditemukan.

Perlunya edukasi pencegahan HIV dan prilaku homoseksual diamini oleh akademisi Tasikmalaya Asep M Tamam. Pasalnya, pencegahan melalui sektor pendidikan sangat diperlukan agar lebih optimal. “Apalagi perhatian pemerintah terlihat masih kurang,” ungkapnya kepada Radar, Kamis (2/12/2021).

Apalagi analisa dari KPA bahwa penularan HIV di kalangan pelajar cukup tinggi. Berikut prilaku buruk yang menjadi pemicu penularannya. “Apalagi sebetulnya HIV dan prilaku penyimpangan seksual ini sudah sejak lama masuk ke kelompok usia sekolah,” katanya.

Namun, dalam hal ini perlu kolaborasi antara Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) dan unsur terkait lainnya. Karena harus dikonsep secara matang mengingat masalah HIV dan pola penularannya cukup sensitif. “Konsepnya harus betul-betul matang,” ujarnya.

Di sisi lain, kampanye bahaya HIV sampai penyebabnya harus digencarkan juga melalui metode lainnya. Di antaranya mulai media massa dan media sosial serta kegiatan formal. “Supaya bisa betul-betul tersampaikan dan memberikan pemahaman kepada semua kelompok masyarakat,” ucapnya.

Mengingat dominasi penularannya, homoseksual punya keterkaitan kuat dengan HIV/Aids. Kelompok penyuka sesama jenis ini seolah mampu bersembunyi di tempat yang terang.

Pasalnya, di media sosial pun mereka sudah berani menunjukkan diri dengan membentuk sebuah grup. Termasuk mengumbar ajakan-ajakan agar mendapat respons dari sesama gay.

Bahkan tidak jarang ada yang menyapa secara personal kepada pengguna media sosial yang tidak mereka kenal. Bagi orang yang punya pandangan seksualitas yang normal, tentunya cukup mengganggu. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: