Warga Sekitar Tower Butuh Solusi Pasti dari Pemkot Tasik

Warga Sekitar Tower Butuh Solusi Pasti dari Pemkot Tasik

radartasik.com, TASIK — Polemik tower di Kampung Negla, Kelurahan Setiajaya, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya masih mengambang. Pemkot Tasikmalaya pun didorong secepatnya mengambil sikap untuk memberikan rasa tenang kepada warga sekitar.


Salah seorang warga yang bangunannya menempel dengan lokasi dibangunnya tower, Heni Hanifah (39) mengaku tidak ingin masalah ini jadi debat kusir. Pasalnya, yang diinginkan warga yakni solusi agar tower tersebut ditiadakan dari tempat tersebut. “Warga ingin kepastian dari pemerintah,” ungkapnya kepada Radar, Rabu (3/11/2021).

Dia pun berharap Wali Kota Tasikmalaya H Muhammad Yusuf turun tangan menyelesaikan persoalan tersebut. Sebab, kata dia, warga di sekitar tower setiap hari merasakan keresahan dan waswas khawatir tower tersebut ambruk. ”Apalagi sekarang musim hujan dan angin kencang, tentu ini membuat kita tidak nyaman tidur dan tinggal di rumah,” tuturnya.

Heni sendiri cukup vokal menyuarakan penolakan. Sebab rumahnya dia terbilang menempel dengan area pembangunan tower setinggi 33 meter tersebut.

Dia menegaskan dirinya dan warga lainnya tidak bisa kompromi soal keberadaan tower itu. Mereka meminta pemerintah untuk membongkar konstruksi yang sudah berdiri tersebut. “Kami ingin tower itu tidak ada,” ungkapnya.

Penolakan tersebut bukan karena masalah kompensasi yang kurang atau urusan materi lainnya. Hal ini, kata Heni, murni akibat warga merasa tidak tenang dengan keberadaan tower di sekitar rumah mereka. “Saya yakinkan ini bukan soal kompensasi, tapi saya dan yang lainnya jadi tidak tenang karena ada tower itu,” ucapnya.

Dari penuturan Heni, ada beberapa kecacatan dalam sosialisasi untuk persetujuan warga. Pertama yakni lokasi pembangunan tower diinformasikan secara lisan door to door, bukan dikumpulkan semua warga. “Dibilangnya yang lain sudah menyetujui, saya kan kagok kalau sendirian menolak,” ucapnya.

Kedua, warga diminta tanda tangan di kertas yang hanya berisi tabel kosong. Sehingga warga tidak bisa membaca dan mengetahui keterangan detail apa yang mereka tanda tangani. “Dan ada dugaan pemalsuan, waktu itu saya tanda tangan di paling akhir kenapa jadi di nomor dua,” kata Heni.

Ketiga, lanjut Heni, warga diinformasikan pembangunan tower dilakukan di lokasi berbeda. Dengan lokasinya dinilai warga cukup jauh dari titik pembangunan tower yang dilakukan. “Katanya di lahan milik H Dede, lumayan jauh ada sekitar 50 meter dari yang sekarang, tapi faktanya berbeda,” ucapnya.

Keempat, sambung Heni, ketika protes saat lokasi pembangunan tower berbeda, warga diberi pemahaman bahwa tower yang dibangun serupa tiang listrik. Untuk itu, warga kaget ketika melihat konstruksi tiang besi berukuran besar yang menjulang tinggi. “Kalau seperti tiang listrik kan tidak sebesar itu,” katanya.

Maka dari itu, warga merasa dibohongi dan akhirnya kompak menolak keberadaan tower tersebut. Mereka yang posisi rumahnya dekat dengan tower membuat nota penolakan yang ditembuskan ke berbagai instansi.

“Alhamdulillah sekarang banyak dukungan tokoh, termasuk Pak Camat (Rahman, Red) yang siap pasang badan membela warga yang dibohongi seperti kami,” ucapnya.

Untuk itu, sangat besar harapan Heni dan warga lain agar pemerintah hadir mengayomi masyarakat. Karena semenjak ada tower tersebut, warga diliputi kegelisahan akan dampak negatif yang ditimbulkan. “Apalagi di sini juga ada lansia usia 85 tahun yang sakit dan ketakutan, masa pemerintah tidak kasihan,” katanya.

Warga lainnya, Ani Suryani (26) merasa sudah dibohongi soal pemA­bangunan tower itu. Meskipun terpaksa karena mengira warga lain sudah setuju, dia pun ikut mengamininya karena lokasi yang jauh dengan ukuran seperti tiang listrik.

“Kan awalnya bukan di situ (titik pembangunan tower, Red), tapi di tempat yang lumayan jauh,” ucapnya.

Perempuan itu pun mengaku tidak ingin ada kompromi soal keberadaan tower tersebut. Dia meminta supaya pemerintah bisa membongkar tower tersebut. “Ya saya maunya seperti sebelumnya, tadinya kan tidak ada tower di situ,” ucapnya.

Sekuat apapun tower itu dibangun, kata Ani, tetap ada risiko musibah bagi dia dan warga lainnya. Konsekuensi itu tidak dialami pejabat bahkan pemilik tower itu sendiri. “Kami yang di sini jadi tidak tenang karena ada tower itu,” ucapnya. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: