Lestarikan Budaya Mitembeyan di Tanah Copo

Lestarikan Budaya Mitembeyan di Tanah Copo

radartasik.com TARAJU - Sebelum melakukan panen panen padi, warga Situ Jero Kedusunan Ciodeng Desa Purwarahayu Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya melaksanakan upacara Adat Sunda, yakni Mitembeyan.


Yakni kegiatan berupa berdo'a sebelum dilakukannya panen padi, seperti yang dilakukan belum lama ini.

Iwan Cahyadi, Daya Desa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekaligus anggota Pancasona mengungkapkan, yang baru dilaksanakan pihaknya itu merupakan Mitembeyan, yang sering disebut ritual atau berdo'a dengan cara orang Copo dulu.

"Mengapa masih melestarikan dan ingin mengembangkan? minimal kami berterima kasih atas jasa-jasa para leluhur. Sebab, sawah dan saluran-saluran ini tidak kami buat. Melainkan, sudah diterima dari jasa para leluhur kita," ujarnya kepada Radar.

Kata Iwan, semua tata cara adatnya dikembangkan untuk berterima kasih atas jasa para leluhur di Tanah Copo. 

Sebagai Daya Desa, Iwan sangat mengharapkan sesuai dengan tujuan dan visi misi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa harus menggali potensi budaya.

Dengan melestarikan dan mengembangkan budaya, diharapankan ke depan yang dinamakan kaya budaya itu diwujudkan budayanya.

Salah satu metode yang diterapkan dalam menanam padi itu, ujar Iwan, 
yaitu mina padi.

Yakni bentuk usaha tani gabungan dengan memanfaatkan genangan air sawah yang tengah ditanami padi, sebagai kolam untuk budidaya ikan.

Dengan metode mina padi ini, dapat meningkatkan efisiensi lahan. 

Sebab, satu lahan menjadi sarana untuk budidaya dua komoditas pertanian sekaligus. 

Ada sekat-sekat tersendiri untuk berjalannya ikan juga air.

"Secara tidak langsung memang laju tumbuh padi itu cukup baik untuk akar. Ketika ikan makan akar,  secara tidak langsung mengembangkan akarnya. Buktinya hasil yang kami dapat peningkatannya luar biasa," ucapnya.

Terang Iwan, untuk satu hektar lahan sawah, ada peningkatan hasil panen hingga 2 kuintal. Biasanya hanya dapat 1,2 ton saat sekali panen, sekarang bisa sampai 1,5 ton. 

Jadi, menggunakan sistem mina padi ini cukup baik dibanding dengan sistem yang biasa. 

"Ternyata dengan metode penanaman mina padi diyakini panen yang ketiga peningkatannya luar biasa dibanding dengan sebelumnya," ujar Iwan menjelaskan.

Sementara itu, Nurdin salah satu anggota grup Pancasona sekaligus yang memanjatkan ritual do'a mengatakan, pihaknya ingin menjaga budaya para leluhur Sunda di Tanah Copo. 

"Kebiasaan ini sudah hampir 40 tahun musnah. Sekarang mulai dimunculkan lagi dan jangan sampai kita lupa. Mudah-mudahan dikasih keselamatan saat panen," harap dia. (radika robi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: