Anak yang Dibaiat Sudah Dikumpulkan
Reporter:
andriansyah|
Sabtu 09-10-2021,08:15 WIB
radartasik.com, GARUT KOTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut sudah melakukan klarifikasi dan konfirmasi terhadap 59 anak yang diduga dibaiat untuk masuk organisasi Negara Islam Indonesia (NII). Dari hasil klarifikasi, beberapa anak sudah ada yang terpapar paham radikal, yakni tidak mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Saat tabayun memang ada anak yang menyebut Negara Indonesia sebagai thogut, karena hukum yang digunakan bukan hukum Islam,” ujar Sekretaris MUI Kecamatan Garut Kota Aceng Amirudin kepada wartawan, Jumat (8/10/2021).
Aceng mengatakan, dari keterangan para pihak yang dikumpulkan saat tabayun, pengakuannya aktivitas mereka di masjid hanya pengajian biasa. Namun, ada beberapa anak yang memang pernah dibaiat salah seorang sesepuh pengajian tersebut di rumahnya.
Sesepuh tersebut pun mengakui anak-anak dibaiat. Namun, tidak terkait ajaran-ajaran lain. “Tapi dia (sesepuh pengajian) nggak tahu kalau (baiat) NII mah. Katanya saya cuma membaiat agar anak-anak itu jangan mabuk atau maksiat. Cuma sebatas itu. Kalau ada ajaran-ajaran lain dia nggak tahu,” katanya.
Dari hasil tabayun tersebut, kata dia, para pengikut pengajian tersebut akhirnya membuat pernyataan siap keluar dari Negara Islam Indonesia dan kembali ke pangkuan NKRI.
Aceng mengetahui adanya pengajian baiat di sebuah masjid di Kelurahan Sukamenteri setelah diberi tahu pengurus MUI Kabupaten Garut lewat telepon. Setelah itu, Aceng memantau aktivitas pengajian di masjid tersebut.
Namun, menurut Aceng, saat dipantau pengajian tersebut sudah tidak ada. Diduga para pengikut pengajian tersebut sudah mengetahui aktivitas mereka tercium.
Meski tidak menemui aktivitas pengajian di masjid tersebut, pihaknya berupaya mendalami dan mengembangkan informasi tersebut hingga akhirnya bisa bertemu dengan salah seorang orang tua dari anak yang mengikuti pengajian tersebut.
“Setelah ketemu Pak Mu (orang tua anak peserta pengajian), saya berinsiatif untuk mengumpulkan orang-orang tersebut untuk konfirmasi atau tabayun. Alhamdulillah, Selasa 5 Oktober 2021 di aula desa tabayun bisa dilakukan,” katanya.
Sementara itu, Mu (49), warga Kelurahan Sukamenteri mengakui anaknya telah mengikuti pengajian tersebut sejak dua tahun lalu. Sejak itu, anaknya yang saat ini harusnya duduk di kelas tiga SMP, tidak lagi mau melanjutkan sekolah.
“Alasannya orang sukses itu nggak sekolah juga bisa. Sekolah bukan jaminan sukses,” kata Mu, menirukan ucapan anaknya.
Mu mengakui, sejak mengikuti pengajian tersebut, perilaku anaknya berubah jadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Menurut Mu, anaknya mengikuti pengajian tersebut dan masuk NII setelah diajak teman dekatnya. (yna)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: