Satu ASN Satu Kilo, Belum Berdampak

Satu ASN Satu Kilo, Belum Berdampak

radartasik.com, Meski Pemerintah Kota Tasikmalaya mewajibkan setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) berbelanja telur minimal 1 kilogram per/orang, nyatanya belum berdampak signifikan terhadap para pelaku usaha di bidang tersebut.


Seperti yang disampaikan salah seorang pedagang sembako di Pasar Cikurubuk, Hj Lina menjelaskan harga jual yang ia terima dari peternak di angka Rp 17 ribu-17.500 per kilogram.

Lantaran harga pakan terutama dedak dari gilingan padi merangkak tinggi. Sementara peternak lokal tersalib harga telur dari luar Jawa Barat yang cenderung lebih murah.

”Harga sudah tidak karuan, peternak ingin stabilkan kembali bahan baku pakan, soalnya terjadi lonjakan dari dedak yang naik tinggi,” ujarnya saat dikunjungi Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Peternakan (DKP3) Kota Tasikmalaya, Kamis (7/10/2021).

Menurut dia, produksi dedak yang menurun berdampak terhadap harga pakan ayam, sehingga mengakibatkan masifnya bantuan beras dari pemerintah. Mulai dari Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) serta bantuan lain yang secara instan membagikan beras kepada masyarakat.

”Otomatis padi atau gabah kurang laku, maka penggilingan beras tidak banyak memproduksi dedak. Harapan kami itu, pemerintah ada intervensi yang menunjang supaya peternak terjangkau membeli pakan sehingga cost produksi telur dapat ditekan, ada tritmen jitu lah urusan semacam ini,” harapnya.

Hj Lina mengeluhkan produk sembako selalu terdampak ekses yang merugikan kalangan produsen baik petani, peternak, termasuk pedagang yang melayani langsung kepada konsumen. Dilatarbelakangi harga pupuk, pakan yang seolah tidak terdeteksi untuk diintervensi pemerintah supaya stabil.

”Keluhan petani juga sama, harga sayuran kok terus dipantau tapi lonjakan pupuk sekian ribu saja tidak terdeteksi. Tahu-tahu harga komoditas menurun, semoga pemerintah bisa perhatikan pupuk, obat-obatan termasuk pakan,” papar dia.

Pedagang lainnya, Titin Nuraeni menuturkan hal serupa, ia menyediakan telur dari peternak lokal mulai dari Sukaratu, Cisayong, Tamansari. Tetapi, sayangnya belakangan ini harga sudah tidak karuan dan berdampak terhadap penjualan.

“Memang ada intervensi dari pemerintah, tapi baru sebatas instruksi belanja telur lokal. Kami rasa perlu ada tritmen jitu lainnya supaya peternak lokal berdaya saing,” harapnya.

Kabid Ketahanan Pangan DKP3 Kota Tasikmalaya, Hj Enung Nurteti mengatakan kebutuhan telur se-Kota Resik tembus di angka 15,2 ton perhari. Akan tetepai, peternak lokal, hanya mampu memenuhi sekitar 30 persenan saja dari akumulasi kebutuhan tersebut.

”Memang ini peluang untuk para peternak lokal agar lebih bergeliat, namun kita lihat memang ada beberapa kendala yang disampaikan peternak saat kami berbelanja langsung kemarin, termasuk tadi masukan dan input dari para pedagang yang kami beli telurnya,” jelas dia.

Pada kesempatan itu, pihaknya memborong sekitar 2 peti dari 3 pedagang di Pasar Cikurubuk dan pedagang telur di kawasan Simpang Lima. Terkumpul sekitar 105 kilogram telur yang mereka borong di hari tersebut, bersumber dari para pegawai di lingkungan dinasnya.

“Kami koordinir kebutuhan telur masing-masing pegawai di lingkungan dinas untuk kita belanjakan langsung ke pedagang yang menjual khusus telur dari peternak lokal,” kata Enung disela berbelanja.

Dia menjelaskan beberapa waktu lalu dinasnya juga berbelanja langsung ke produsen telur asli dalam kota. Berupaya membantu geliat para pelaku usaha dari komoditas ini, supaya tidak melesu.

”Kita pun membelinya diatas harga pasar, dimana rata-rata itu sekarang telur kisaran Rp 17-18 ribu perkilogram, kami beli Rp 18.500 per kilogram,” tuturnya.

Menurut Enung, meski tidak terlalu signifikan, apabila gerakan ini dilaksanakan secara masif seluruh ASN di lingkungan Pemkot yang mencapai sekitar 7 ribu jiwa, tentu bisa mengatrol signifikan omzet penjualan dari para pedagang.

“Selain peternak lokal kita terbebani oleh harga pakan, mereka juga terlibas telur produksi dari Blitar. Maka kami harap amanat Pak Wali Kota tentang kewajiban ASN belanja telur lokal, bisa diikuti instansi lainnya,” kata Enung. (igi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: