Gara-Gara Covid-19, Warga Singapura Kena Resesi Seks dan Tolak Hamil
radartasik.com - Semenjak pandemi Covid-19 melanda, rupanya mempengaruhi minat warga Singapura untuk menikah. Jumlah pernikahan di Singapura pada tahun 2020 turun ke level terendah dalam 34 tahun, sementara kelahiran warga negara turun ke level terendah dalam tujuh tahun.
Pandemi Covid-19 juga mengganggu rencana beberapa pasangan untuk pernikahan dan menunda menjadi orang tua. Ada 19.430 pernikahan warga pada tahun 2020, turun 12,3 persen dari 22.165 pernikahan pada tahun sebelumnya. Laporan tahunan itu dirilis oleh Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional. Ini adalah angka terendah sejak 1986.
“Pembatasan pertemuan besar pada tahun lalu bisa menyebabkan pasangan menunda pernikahan mereka,” kata Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional.
Median usia perkawinan pertama adalah 30,1 tahun untuk calon mempelai pria dan 28,4 tahun untuk calon mempelai wanita, sama seperti tahun 2019. Laporan itu menambahkan bahwa sekitar 30 persen pernikahan warga negara tahun lalu melibatkan pasangan transnasional, turun dari 37 persen pada 2019.
“Penurunan ini mungkin sebagian karena pembatasan perjalanan terkait Covid-19,” katanya.
Laporan tersebut juga membandingkan pernikahan di setiap kuartal tahun 2019 dan 2020 untuk menilai dampak pandemi Covid-19. Penurunan terbesar dalam setahun terjadi pada kuartal kedua, ketika perayaan secara langsung harus ditunda selama semi lockdown. Ada 2.200 pernikahan warga selama kuartal kedua tahun lalu, turun dari 4.800 pada kuartal yang sama tahun 2019.
Pandemi juga berdampak pada keputusan menunda untuk menjadi orang tua. Ada 31.816 kelahiran warga negara pada tahun 2020, 3,1 persen lebih rendah dari 32.844 kelahiran pada tahun sebelumnya. Ini adalah jumlah kelahiran terendah sejak 2013.
Dalam lima tahun terakhir (2016 hingga 2020), rata-rata ada sekitar 32.500 kelahiran warga setiap tahun, sedikit lebih banyak dari rata-rata sekitar 32.400 setiap tahun dalam lima tahun sebelumnya (2011 hingga 2015). Usia rata-rata ibu warga negara saat melahirkan pertama adalah 30,8 tahun pada tahun 2020, mirip dengan angka tahun 2019 sebesar 30,6 tahun.
Divisi Kependudukan dan Bakat Nasional mengatakan bahwa dalam survei terhadap sekitar 4.000 orang pada Juni 2020 terungkap mengapa pasangan menunda pernikahan dan menjadi orang tua. Itu karena kekhawatiran tentang kondisi kesehatan dan ekonomi masyarakat yang tidak pasti selama pandemi.
“Kami terus menghadapi tantangan struktural jangka panjang dengan tingkat kelahiran kami yang rendah, serupa dengan masyarakat maju lainnya,” katanya. (jpg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: