Modal Sendiri, Atlet Menembak Kota Tasik Ini Selalu Juara, Cetak Atlet Lalu Disuruh Hijrah, Kenapa?

Modal Sendiri, Atlet Menembak Kota Tasik Ini Selalu Juara, Cetak Atlet Lalu Disuruh Hijrah, Kenapa?

Salah seorang atlet menembak di Kota Tasikmalaya, Sani Chardian sudah banyak meraih penghargaan di berbagai kompetisi. Namun demikian, prestasi yang diraihnya seolah bukan hal istimewa di mata pemerintah.


Rangga Jatnika, Tasikmalaya

Minggu (26/9/2021), Sani meraih medali emas di kompetensi menembak yang diselenggarakan Pemkab Bandung Selatan. Dia berhasil menjuarai kompetisi di jarak 300 meter dan 600 meter dengan jenis senjata api laras panjang.

Prestasi tersebut menambah daftar kompetisi menembak yang raihnya sebagai juara. Sebelumnya, dia pernah meraih medali emas yang diselenggarakan Panglima TNI tahun 2020 dan sederet kejuaraan lainnya.

“Alhamdulillah, hampir setiap kompetisi selalu juara,” ungkapnya kepada Radar saat ditemui di Perumahan Griya Reksa Wisesa Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Senin (27/9/2021).

Padahal, Sani kesehariannya merupakan wirausaha di bidang otomotif. Dia membuka bengkel kecil di Jalan Mashudi, Cibeueruem, Kota Tasikmalaya untuk menafkahi keluargaA­nya. “Memang enggak nyambung, kerjanya di bengkel tapi atlet nembak,” katanya.

Meski punya kemampuan menembak yang mahir, Sani tidak punya senjata api. Padahal, dia sudah masuk kategori atlet dan mengantongi izin menggunakan senjata api. “Saya hanya punya senapan angin untuk latihan, kalau kompetisi ya pinjam,” terangnya.

Sani sudah menggeluti olahraga menemA­bak sejak duduk di kelas 3 Sekolah MeneA­ngah Pertama (SMP), sekitar tahun 2002 samA­pai sekarang. Dia mengikut jejak karier ayahnya yang juga atlet menembak.

Ketika Sekolah Menengah Atas (SMA), dia sudah menjuarai kompetisi menembak yang diselenggarakan Koppasus. Karena kemampuannya itu, dia mendapat tiket masuk pasukan elite TNI itu tanpa tes. “Tapi orang tua tidak mengizinkan, kasarnya masuk TNI itu kan kontrak nyawa,” ucapnya.

Dia sempat vakum di dunia menembak, karena sempat berselisih dengan pengurus KONI. Dia sakit hati karena tidak mendapat rekomendasi untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (Porda) Jabar tahun 2017.

“Tapi setelah beberapa tahun ini, ayah saya mendorong untuk tidak memikirkan sikap KONI dan pemerintah, jadi saya mulai ikut lagi kompetisi,” terangnya.

Selama kariernya di olahraga menembak, Sani sudah berulang kali meraih juara. Namun sebanyak apapun dia meraih prestasi, menurutnya hanya menjadi kebanggaan diri sendiri dan keluarganya.

Pasalnya, selama ini pemerintah belum pernah meliriknya meskipun dia ikut mengharumkan nama Kota Tasikmalaya. “Ya mungkin nasib atlet memang begini,” ucapnya.

Jangankan penghargaan, setiap ikut kompetisi pun dia selalu modal sendiri. Tidak sekali pun dia mendapat dukungan akomodasi dari pemerintah daerah maupun Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). “Alhamdulillah belum pernah, pasti modal sendiri,” ucapnya.

Sani kini aktif di Perbakin Kota Tasikmalaya dan melatih bibit-bibit atlet menembak. Ketika ada yang memiliki potensi, dia selalu merekomendasikan untuk pindah ke daerah lain. “Karena kalau tetap di Kota Tasik, sayang enggak bakal jadi apa-apa,” katanya.

Terbukti anak asuhnya yang hijrah ke Kota Cirebon punya karier yang lebih cemerlang. Dia difasilitasi untuk menjadi atlet nasional dan mengikuti kompetisi tingkat internasional. (rga)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: