Panglima Santri Jabar Ngamuk, Stafsus Presiden Posting Santri Tutup Telinga saat Divaksin Disebut Salah Didikan

Panglima Santri Jabar Ngamuk, Stafsus Presiden Posting Santri Tutup Telinga saat Divaksin Disebut Salah Didikan

radartasik.com KOTA TASIK - Panglima Santri Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum yang juga Wakil Gubernur (Wagub) Jabar dibuat emosi alias ngamuk dengan postingan Staf Khusus (Stafsus) Presiden, Hendropriyono di akun instagram pribadinya.

Dalam akun instagram pribadinya bernama diaz.hendropriyono, beberapa hari lalu memposting video berdurasi 0,45 detik saat para santri penghafal Alquran sedang menunggu divaksin Covid-19 yang diberi caption 'Kasian dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah,'.

Dalam video itu terekam para santri menutup telinga ketika divaksin karena di ruangan itu diputar musik. 

Para santri pun menutup telinganya agar tak mendengar suara itu. Postingan itu telah ditonton 460.375 tayangan.

Kata Uu, harusnya yang bersangkutan sebagai orang yang populer tidak langsung memberikan cap negatif terhadap santri. 

Karena santri adalah anak bangsa yang berkontribusi terhadap negara.

"Jangankan saat mengisi kemerdekaan, saat berjuang untuk kemerdekaan juga santri ikut berperan melawan penjajah," ujar Uu saat dihubungi radartasik.com melalui ponselnya, Kamis (16/09/21).

"Tolong lah komunitas kami jangan selalu dicap negatif, jangan selalu dicap radikal. Saya saja santri. Saya mampu berkontribusi untuk bangsa dan negara," sambungnya.

Terang Uu, kalau ada santri menutup telinga ketika ada musik jangan dianggap salah didik. Apalagi bagi santri berpaham sufi, mereka lebih paham soal ini.

"Tolong hargai lah kalau ada perbedaan. Kan dalam agama dan negara juga ada toleransi diantara kita sepanjang tak meresahkan masyarakat, tak mengganggu tatanan negara, dan tak melanggar agama serta negar. kenapa tidak santri dihargai kalau ada perbedaan," terangnya.

Apalagi, tegas Uu, anggaran dari negara secara nomenklatur untuk santri belum ada sampai hari ini. 

Tetapi untuk siswa SD ada, SMP ada, SMA ada. Sementara untuk santri salafiyah belum ada.

"Tapi tidak ada santri yang demo ke DPR RI minta anggaran dari APBN sekian persen untuk para santri. Kami biasa saja dan sadar. Padahal kami juga warga negara. Wakil Presiden saja santri asalnya," tegasnya.

Tak hanya itu, tambah Uu, Kapolda Jabar saja asalnya santri. Dia bisa ngalogat (membaca kitab arab gundul atau kitab kuning, Red) ketika kunjungan ke Pondok Pesantren (Pontren) Miftahul Huda, Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. 

"Saya saja baru tahu kemarin. Beliau ternyata bisa ngalogat. Berarti beliau awalnya adalah santri. Lalu kenapa kelompok kami harus dimarginalkan? harusnya toleransi lah. Santri menutup kuping kan dengan sopan sesuai ilmunya," tambahnya.

Postingan Hendropriyono tersebut juga mengundang kemarahan para tokoh Islam lainnya. 

Seperti yang diungksp Yenny Wahid, putri Presiden keempat RI yang juga mantan Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Yenny meminta orang-orang tak seenaknya melabeli cap radikal kepada para santri yang menutup telinga saat mendengar musik. 

Menurutnya, aksi para santri itu bukanlah indikator yang menunjukkan mereka terpapar radikalisme.


Yenny mengatakan, narasi-narasi yang menyematkan label atau cap kepada orang lain dengan mudah itu justru makin memperuncing keterbelahan di tengah rakyat Indonesia yang plural. 

Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk saling belajar dan mengerti satu sama lain.

"Jadi kalau anak-anak ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Alquran dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal," kata Yenny dalam akun Instagram resmi miliknya @Yennywahid. 

(rezza rizaldi/radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: