Jumlah Pasien Covid-19 Kondisi Berat di Singapura Naik 2 Kali Lipat

Jumlah Pasien Covid-19 Kondisi Berat di Singapura Naik 2 Kali Lipat

Radartasik.com, SINGAPURA — Saat ini jumlah pasien Covid-19 dalam kondisi berat atau sakit parah di Singapura naik dua kali lipat. Tak hanya itu, laju cepat infeksi kasus baru Covid-19 di negeri tersebut juga naik. Kondisi ini tentu menjadikan halangan tak terduga untuk Singapura membuka kembali rencana perekenomiannya dan menjadikan Covid-19 sebagai endemi. 

Padahal seperti diketahui sebanyak 81 persen populasi di Singapura sudah divaksinasi sepenuhnya. Singapura juga menjadi salah satu yang tercepat di dunia dalam hal vaksinasi.Dan, bulan ini Singapura menghentikan rencana pembukaan kembali secara bertahap, sebab dipicu oleh ketakutan infeksi harian yang kembali mencapai rekor.

Infeksi selama akhir pekan lebih dari 1.000 kasus, meningkat 10 kali lipat dari sebulan lalu. Namun, banyak ahli tidak terlalu khawatir tentang peningkatan infeksi karena rendahnya jumlah kasus serius dan persentase vaksinasi yang tinggi di Singapura.

Jumlah pasien yang membutuhkan oksigen, naik dua kali lipat menjadi 54 kasus pada hari Minggu dari dua hari sebelumnya. Kondisi ini menjadi ukuran penting untuk menilai apakah sistem medis bisa kewalahan.

Jumlah pasien di unit perawatan intensif (ICU) makin banyak. Sekitar 300 tempat tidur ICU masih tersedia dan itu bisa ditingkatkan menjadi 1.000.

Dengan sebagian besar dari mereka yang berusia 12 tahun dan lebih tua sudah divaksinasi, Singapura sekarang mempertimbangkan suntikan ketiga atau booster untuk orang dewasa yang lebih muda. Dan, mungkin mulai menginokulasi anak-anak awal tahun depan. Minggu ini akan dimulai booster untuk kelompok lanjut usia dan immunocompromised.

“Jika dengan menawarkan booster kepada orang-orang, termasuk orang dewasa muda, Singapura dapat melonggarkan pembatasannya lebih cepat terutama sehubungan dengan pembukaan kembali perbatasan, maka ini mungkin merupakan keputusan eksistensial yang terpaksa diambil oleh pemerintah,” kata Dekan Saw Swee Hock School of Public Health di National University of Singapore, Teo Yik Ying.

The Straits Times, surat kabar utama Singapura, mengatakan sekitar 500 ribu orang sudah memenuhi syarat tetapi memilih untuk tidak divaksinasi. Mereka bisa mengancam sistem perawatan kesehatan.

Singapura sedang mencoba untuk menggenjot inokulasi lebih tinggi lewat door to door. Pengusaha juga telah diminta untuk mempertimbangkan langkah-langkah yang strategis.

Di Singapura, persentase orang yang tidak divaksinasi lalu menjadi sakit parah atau meninggal adalah 5,2 persen. Untuk yang divaksinasi lengkap persentasenya adalah 1 persen. Negara Asia berpenduduk 5,7 juta itu telah melaporkan 58 kematian akibat Covid-19 dan total 71.687 kasus. (jpc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: