Berkat BLT UMKM, Pedagang di Taraju Beralih Jadi Perajin Batok Kelapa

Berkat BLT UMKM, Pedagang di Taraju Beralih Jadi Perajin Batok Kelapa

radartasik.com, TARAJU - Sejak merebaknya Pandemi Covid-19 di Indonesia, khususnya di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, banyak warga yang terimbas, secara ekonomi.

Seperti yang dilakukan Sukmana Abdul Sobur (41) warga RT 01 RW 01 Kedusunan 01 Desa Taraju Kecamatan Taraju Kabupaten Tasikmalaya, dia beralih profesi dari pedagang menjadi pengrajin. 

"Sejak awal adanya covid-19, membuat usaha di bidang perdagangan cukup terdampak. Saya waktu itu memilih untuk beralih profesi saja jadi pengrajin batok kelapa, dikarenakan kegiatan di pasar saat itu terbatas," ujarnya kepada Radar, Kamis (09/09/21).

Sukmana mengungkapkan, modal awal untuk membuat kerajinan batok kelapa itu hasil dari bantuan pemerintah yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). 

Ia memanfaatkan bantuan tersebut untuk menyulap batok kelapa jadi kerajinan hasil tangannya sendiri menjadi berbagai macam barang. 

Mulai dari teko, cangkir, mangkuk, sendok, pas bunga, wadah asbak, dan yang lainnya. 

Dalam jangka waktu satu bulan, Ia membeli 500 batok kelapa, untuk dijadikan berbagai macam kerajinan tersebut, yang dilakukan seorang diri. 

Sehari, dia bisa membuat 1 set kerajinan berupa teko dengan cangkirnya. 

Dalam membuat kerajinan batok kelapa, Ia memanfaatkan ruangan berukuran 1,5x2 meter di rumahnya. 

Terdapat juga beberapa alat bantu yang digunakan untuk membuat kerajinan setiap tahunnya seperti gurinda, mesin sanyo bekas, skrol mini, lem dan alat pendukung lainnya. 

Terdapat juga pilok pernis khusus untuk hiasannya, sedangkan untuk yang bisa dipakai tempat penyimpanan air atau kopi tidak dipilok sama sekali. Sebab, terkadang ada yang ingin digunakan untuk keperluan sendiri. 

"Jadi batok kelapa ini, selain bisa digunakan untuk hiasan di rumahnya, juga bisa digunakan untuk wadah air atau kopi," ucapnya.

Kata dia, untuk pemasarannya masih di sekitaran Tasikmalaya. Seperti di wilayah Galunggung. 

Sekali pesan terkadang ada yang 3 set, berupa teko dan cangkir. Tergantung pesanan.

Untuk harganya, satu set kerajinan batok kelapa itu dihargai sebesar Rp150.000 hingga Rp250.000. 

Selain bisa dimanfaatkan untuk kerajinan, kelapa bagian dagingnya juga bisa dimanfaatkan. 

Biasanya kelapa diparut, lalu minyaknya dipisahkan dimasukan ke dalam botol kemasan kecil.

"Manfaatnya bisa digunakan untuk minyak goreng, dikonsumsi oleh ibu hamil, bisa untuk urut, bahkan hasil parutan kelapa juga bisa dibuatkan galendo," ucapnya. 

Sukmana menambahkan, omset yang didapatkan selama sebulan mencapai Rp300.000 hingga Rp500.000. 

Kendala sekarang, bahan baku atau batok kelapanya sulit ditemukan. Sebab, kebanyakan yang diambil adalah kelapa muda. 

"Jadi, kelapa yang sudah tua jarang ditemukan," keluhnya.

Sementara itu, Taufan, ketua BUMDes Gema Taraju Desa Taraju mengatakan, sejauh ini belum bisa memberikan modal usaha bagi pengrajin batok kelapa tersebut. 

Hanya saja, baru bisa membantu dalam hal pemasarannya.

"Jadi untuk permodalannya belum sampai ke sana, baru sebatas membantu dalam hal promosi. Sementara ini, saya membantu dalam hal promo menggunakan foto di medsos. Sedangkan untuk di BUMDes, samplenya saja," kata dia. (Obi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: