Pertamina Sukses Produksi Bioavtur J2.4
Reporter:
ocean|
Kamis 09-09-2021,00:15 WIB
Radartasik.com, JAKARTA — Pertamina mencetak milestone baru dalam industri aviasi nasional melalui produksi Bioavtur J2.4. Sebuah inovasi energi bersih berbasis bahan bakar nabati untuk moda transportasi udara.
Uji coba penggunaan Bioavtur J2.4 pada pesawat CN235 FTB menjadi penanda keunggulan bahan bakar nabati yang diproduksi Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap tersebut.
Sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 Energi Bersih dan Terjangkau, Bioavtur J2.4 produksi Pertamina berkontribusi dalam upaya penurunan emisi karbon.
Tak hanya SDGs, di level nasional pengembangan Bioavtur juga selaras dengan target Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% tahun 2025 sesuai kebijakan energi nasional.
Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical Pertamina Ifki Sukarya menegaskan melalui tahap pengembangan yang komprehensif, Bioavtur J2.4 terbukti menunjukkan performa yang setara dengan bahan bakar avtur fosil.
”Sejak tahun 2014, Pertamina telah merintis penelitian dan pengembangan Bioavtur melalui Unit Kilang Dumai dan Cilacap. Performa Bioavtur sudah optimal, dimana perbedaan kinerjanya hanya 0.2-0.6% dari kinerja avtur fosil. Bioavtur J2.4 mengandung nabati 2.4%. Ini merupakan pencapaian maksimal dengan teknologi katalis yang ada,” jelas dia.
Kontribusi Pertamina dalam mengembangkan Bioavtur J2.4 dilakukan terpadu sejak tahun 2014 yang meliputi dua tahap penting. Tahap awal pengembangan tersebut dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional Unit Dumai melalui Distillate Hydrotreating Unit (DHDT).
”Tahap pertama ditandai dengan proses hydrodecarboxylation, dimana target awal adalah kami produksi diesel biohidrokarbon dan bioavtur dalam skala laboratorium,” tuturnya.
”Sementara, tahap kedua ditandai dengan proses hydrodeoxygenation, dimana Pertamina telah berhasil memproduksi diesel biohidrokarbon yang lebih efisien,” kata dia.
Puncaknya, tahun 2020, Unit Kilang Dumai berhasil memproduksi Diesel biohidrokarbon D-100 yang 100% berasal dari bahan baku nabati yaitu refined bleached deodorized palm oil (RBDPO).
RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang sudah melalui proses penyulingan untuk menghilangkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan bau.
Tahap awal tersebut menjadi langkah penting pengembangan green product termasuk green diesel dan bioavtur.
Ifki menegaskan Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap didapuk memiliki kapasitas teknis untuk mengembangkan Bioavtur nasional.
Hal tersebut tak lepas dari portfolio bisnis Unit Kilang Cilacap yang merupakan produsen BBM jenis Aviation Turbine terbesar di Indonesia dengan angka produksi tertinggi 1.852 ribu barel sepanjang tahun 2020.
Di Unit Kilang Cilacap, pengembangan Bioavtur dilakukan di dalam treated distillate hydro treating (TDHT). Katalis merah putih untuk Bioavtur diproduksi di fasilitas milik Clariant Kujang Catalyst di Cikampek dengan supervisi langsung dari team Research Technology and Innovation (RTI) Pertamina.
”Melalui Unit Kilang Cilacap, Bioavtur dihasilkan melalui bahan baku minyak inti kelapa sawit atau refined, bleached, and deodorized palm kernel oil (RBDPKO) dengan avtur fosil,” papar dia.
”Kapasitas produksi Bioavtur di Unit Kilang Cilacap mencatat 8 ribu barel per hari dan akan terus ditingkatkan dengan melihat kebutuhan pasar, mulai 2023 nanti,” ujar dia.
Sinergi pengembangan Bioavtur J2.4, Pertamina turut melibatkan peran penting stakeholders termasuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Institut Teknologi Bandung.
Pengembangan Bioavtur J2.4 Pertamina selaras dengan roadmap energi bersih Kementerian ESDM yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No 12 Tahun 2015 terkait pencampuran bahan bakar nabati hingga 5% pada tahun 2025, termasuk untuk moda transportasi udara.
Dengan dukungan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang diberikan kepada Tim Uji Bioavtur ITB serta bantuan sarana pengetesan dan engine dari Garuda Maintenance Facilities (GMF), lima kali uji kinerja Bioavtur dalam engine test cell berhasil dilakukan dalam dua periode pengujian.
Dengan tetap dikoordinasi oleh Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, stakeholder lainnya bergabung dalam tim yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang menawarkan uji terbang menggunakan pesawat CN 235 FTB.
Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) sebagai pemberi izin uji terbang, serta Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kemenhub sebagai pihak yang memegang otoritas untuk penggunaan Bioavtur pada pesawat komersial juga memberikan dukungannya.
Pengembangan Bioavtur J2.4 yang dikelola oleh Kilang Pertamina Internasional melalui Unit Dumai dan Cilacap merupakan dukungan dari roadmap environment, social dan government (ESG) yang merupakan pilar bisnis perusahaan.
Ifki menambahkan untuk mencapai misi ESG, seluruh unit di bawah pengelolaan PT Kilang Pertamina Internasional telah merintis integrasi green refinery dalam proses bisnisnya. Upaya pengembangan energi dan produk hijau di lingkungan kilang Pertamina mencakup green diesel, green avtur dan green gasoline.
”Pengembangan energi bersih merupakan bagian strategic initiatives Kilang Pertamina Internasional untuk mencapai visi World Class Refining & Petrochemical tahun 2027,” pungkas dia. (lan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: