Kisruh Akses ke SDN 2 Tugu, Pemkot Tasik Siapkan Ini..
Reporter:
syindi|
Kamis 02-09-2021,10:30 WIB
radartasik.com, CIHIDEUNG — SisAwa dan paAra guAAru di SDN 2 Tugu Kecamatan CiAAhideung mesti bersabar deAngan kondisi yang dihadapi saat ini. Sebab, Pemerintah KoAta Tasikmalaya tidak bisa mengAalokasikan anggaran untuk mAeAmuAluskan akses dari jalan umum ke arAea sekolah dalam waktu dekat.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya H Budiaman Sanusi.
Menurutnya meski sudah ada 4 pemilik lahan di halaman belakang sekolah, yang bersedia menghibahkan tanahnya untuk digunakan jalan ke sekolah. Pemkot tidak bisa membiayai infrastruktur memadai dalam waktu dekat. Sebab pihaknya mengandalkan bantuan corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan perbankan daerah, untuk melakukan pematangan lahan supaya akses jalur belakang SD tidak membahayakan.
Seperti diketahui, siswa yang semula tinggal menggunakan Jalan Mayor SL Tobing untuk masuk ke area sekolah, mesti memutar ke Jalan Lukmanul Hakim, kemudian menuju jalan satu jalur dari gang Masjid Al-Barokah. Melewati pemakaman dan sawah dengan jarak tempuh sekitar 10 menit jalan kaki orang dewasa untuk bisa masuk ke area sekolah.
“Memang kami yang meminta pihak sekolah mengajukan proposal agar akses ke jalan belakang bisa dibenahi agar tidak membahayakan. Alhamdulillah di sana ada 4 pemilik lahan yang mau hibahkan lahannya untuk dijadikan inventaris daerah dan digunakan warga SDN 2 berlalu-lalang,” papar Budiaman kepada Radar, Rabu (1/9/2021).
Menurut Budiaman, perlu pematangan lahan dari jalan gang ke halaman belakang sekolah. Konturnya yang curam, berbatu dan kerikil kerap membahayakan terutama bagi anak-anak.
“Anggaran di tahun berjalan kan tidak mungkin bisa disiapkan pemerintah. Maka kita sudah berkomunikasi dengan BJB supaya bisa menggulirkan CSR-nya. Alhamdulillah sejauh ini responsnya positif, bahkan usulan dari sekolah sudah masuk di Bappelitbangda dan di-acc pimpinan (plt wali kota, Red),” katanya menceritakan.
Ia belum bisa memastikan kapan akses jalur belakang sekolah bisa dibenahi. Di samping Pemkot sendiri tengah memikirkan solusi supaya akses dari Jalan Mayor SL Tobing kembali bisa digunakan siswa, orangtua maupun guru.
“Minimalnya untuk satu kendaraan roda dua saja bisa melintas. Toh kita sudah dihibahkan pemilik lahan yang membenteng area teritorialnya itu, sekitar 0,5 meter. Di sampingnya kebetulan ada lahan pribadi yang disewa salah satu warung nasi di situ, Insya Allah kita akan upayakan supaya bisa pembebasan lahannya. Syukur-syukur pemilik sebelahnya juga mau hibahkan, kalau pun tidak kita anggarkan di tahun 2022,” rinci Budiaman.
Pihaknya mengaku prihatin selama Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTMT) diselenggarakan, siswa dan guru di SDN 2 Tugu malah harus memutar jalan sampai satu kilometeran dari akses yang biasanya digunakan.
Di satu sisi, ia pun memahami ketika pemilik lahan membangun di lahan miliknya sendiri, apalagi sekolah bukan termasuk kategori kepentingan umum. Maka Pemkot pun sulit menggunakan tangan besi dalam membiarkan akses sekolah tetap terjaga. ”Tapi toh kita juga sudah beruntung, pemilik sudah merelakan setengah meter lahannya untuk kita,” kata dia memaklumi.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya Mohammad Dani merinci 4 pemilik lahan di area belakang sekolah, terdiri dari Eka Rostika menghibahkan 18 meter persegi lahan pribadinya. Undang Kusdian 14 meter persegi, Aan Herdiana 22,5 meter persegi dan H Dadang 27,5 meter persegi. Sementara pemilik lahan di depan sekolah, yang beritikad memberi lahan 0,5 meter untuk digunakan akses sekolah, Pemkot belum mendapatkan lahan itu secara administratif dan legal.
“Kami sudah berupaya melakukan pendekatan kepada pemilik lahan yang ada di depan sekolah. Namun, sampai hari ini belum ada kepastian, kami baru memegang komitmen secara lisan atau tidak tertulis, bahwa pemilik memberikan lahannya setengah meter,” katanya.
Menurut dia, apabila pemilik lahan bisa memberikan lagi lahan lainnya di depan sekolah bersedia diganti lahan. Pihaknya berencana membebaskan setengah meter kembali supaya akses dari depan sekolah bisa digunakan dengan luas 1 meteran.
“Kita tujuannya bukan hanya untuk akses anak-anak tetapi juga untuk akses kendaraan roda dua jika guru dan orangtua mengantarkan anaknya menggunakan sepedah motor,” ungkap Dani.
Ia mengaku tidak tahu persis perjalanan proses pendirian sekolah tersebut, sampai pada akhirnya terjadi persoalan akses masuk ke sekolah ditutup. Dani menduga kala pembangunan berlangsung, pemilik lahan tidak mempersoalkan ketika sebagian lahannya digunakan untuk aksesibilitas sekolah.
“Sekarang jumlah dan perkembangan penduduk sangat padat kemudian harga nilai jual tanah sudah lumayan mahal sehingga ada keberatan dari masyarakat. Mungkin juga dulu pemerintah tidak memikirkan ke depannya sehingga pada saat ada yang menghibahkan langsung di bangun di saat gencarnya peraturan presiden wajibnya bagi anak anak sekolah sampai 9 tahun,” ujarnya berargumen.
Salah seorang orang tua siswa, Yosep Saeful Aziz (39) mengeluhkan kondisi sekolah sebegitu memprihatinkan. Ketika anak-anak mulai belajar normal meski terbatas di kelas, dihadapkan dengan situasi yang tidak mengenakan seperti akses menuju SDN 2 Tugu memutar ke jalur belakang.
“Ya mau bagaimana lagi, seharusnya ketika bangunan didirikan sudah ada antisipasi, namun sampai sekolah sudah berjalan malah katanya baru mau dibenahi. Kalau hujan jalannya licin, saya kadang simpan motor saja di gang dan jalan kaki jemput ke depan kelas anak saya,” keluh dia.
(igi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: