Partisipasi Perempuan dalam Pengawasan Pemilu Masih Rendah

Partisipasi Perempuan dalam Pengawasan Pemilu Masih Rendah

radartasik.com, BANJAR - Partisipasi perempuan dalam pengawasan partisipatif pada Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019, dinilai masih rendah.

Bawaslu Kota Banjar gelar Webinar tentang penyelenggaraan Pemilu dengan tema Membangun Kesadaran Kolektif Perempuan dalam Pengawasan Partisifatif. 

Kordiv Humas Bawaslu Provinsi Jawa Barat, Lolly Suhenty mengatakan, membangun kesadaran kolektif perempuan memang harus dilakukan, karena kesadaran itu dari individu sendiri. 

"Kalau sendiri dia enggak akan kuat dan tidak melahirkan gerakan. Kalau dia menjadi sasaran kolektif bisa menjadi sebuah gerakan," kata dia kepada wartawan, Rabu (01/09/21). 

Misalnya pada Pemilu 2019, datang ke TPS memberikan suara saat pemilihan. Berarti kesadaran untuk datang sudah ada.

Tapi dalam konteks politik harus bergerak dengan sadar melakukan pengawasan, supaya suaranya tidak disalahgunakan.

"Laporan yang masuk sebelumnya masih didominasi oleh laki-laki. Dan bagi saya ini menunjukkan bahwa perempuan itu masih belum kuat inisiatif untuk melaporkan ketika menemukan dugaan pelanggaran," jelasnya. 

Lanjut dia, hal ini menjadi penting bagi perempuan disasar untuk bisa berkontribusi melakukan pengawasan partisipatif. Karena suara dari mereka banyak dan besar potensinya. 

Ini diibaratkan seperti menanam padi. Disiapkan dulu ladangnya, disemai bibitnya, disiram dan dipastikan tidak ada hamanya, baru bisa panen.

"Apa yang dilakukan Bawaslu Kota Banjar ini sangat penting, sebagai upaya menanam yang akan terus dirawat sampai Pemilu 2024 nanti," ucapnya.

Wakil Wali Kota Banjar, H Nana Suryana mendukung apa yang dilakukan Bawaslu dalam menarik partisipasi perempuan penyelenggaraan pemilu nanti. 

"Sebelumnya ke milenial sekarang ke perempuan, khususnya ibu-ibu. Agar tercipta pemilu yang bersih dan adil," tegasnya. 

Sebetulnya dulu juga sudah terdengar emansipasi perempuan, seperti Wali Kota, Kapolres, Kepala Pengadilan Agama dan Kadis perempuan. 

Namun perempuan dalam konteks lain, agar dengan kesadaran diri sendiri ikut terjun dalam pengawasan partisipatif Pemilu supaya tidak terjadi kecurangan (nakal). 

"Ibarat seperti kita mengawasi anak-anak dan suami di rumah, sudah biasa. Tapi bagaimana mengawasi peserta pemilu dalam menyuarakan gak pilihnya agar tidak disalahgunakan," ujarnya. 

(anto sugiarto/radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: