Unsil Perkenalkan Teknologi Termal

Unsil Perkenalkan Teknologi Termal

radartasik.com, PANGANDARAN - Teknologi pembuatan makanan olahan saat ini semakin pesat. Baru-baru ini Universitas Siliwangi (Unsil) memperkenalkan salah satu teknologi pembuatan makanan olahan sale pisang.


Proses penggorengan, sale pisang dengan campuran tepung dan gula diolah menggunakan minyak goreng. Produk sale pisang goreng ini mengandung asam lemak trans, senyawa polimer dan sumber kolesterol.

Dalam satu pisang goreng mengandung rata-rata 3,58 gram lemak, termasuk lebih dari 50 miligram kolesterol. Hal ini dapat menambah tumpukan lemak jenuh dalam tubuh. Untuk menurunkan lemak jenuh dalam produk sale pisang goreng, pembuatannya tidak digoreng, tetapi direkayasa dengan pengeringan menggunakan teknologi termal pada oven pengering.

Dosen Fakultas Teknik Unsil sekaligus koordinator kegiatan pengabdian masyarakat Prof Dr Eng Aripin mengatakan, saat ini produksi sale pisang masih menggunakan penggorengan. Padahal, kata Aripin, produk sale pisang goreng di pasaran sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat karena masyarakat sudah mengerti pentingnya kesehatan dengan tidak memilih sale pisang yang berkolesterol.

“Untuk mengatasi masalah itu, Unsil melengkapi oven pengering sale pisang dengan kontrol suhu otomatis untuk menahan suhu konstan sehingga distribusi panas di dalam oven merata. Suhu konstan ini menjaga produk sale pisang tidak cacat dan rusak serta membuat permukaan sale pisang kering,” tuturnya.

Teknologi termal ini, kini mulai diperkenalkan kepada masyarakat. Salah satunya melalui kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Karangpawitan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, belum lama ini.

Tujuan diadakan pelatihan, kata Aripin untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, khususnya kelompok pengrajin Pandawa dalam pembuatan sale pisang tanpa goreng menggunakan oven pengering dengan kontrol suhu otomatis.

Pelatihan yang dilaksanakan pada 6-8 Mei 2021 ini, diikuti oleh 25 orang peserta, anggota kelompok pengrajin Pandawa. Kegiatan ini dilakukan dengan metode pelatihan, praktek, dan pendampingan. Mulai dari tata cara pengeringan sale pisang menggunakan oven pengering otomatis hingga sale pisang siap untuk dijual.

Selain itu dilaksanakan juga pendampingan secara teknis dengan melibatkan pendamping mahasiswa untuk memantau kegiatan mitra dari tanggal 15 Mei sampai 5 Juni 2021.

Berdasarkan hasil angket yang sudah disebar kepada peserta, ternyata masyarakat sangat termotivasi untuk berkembang. Masyarakat berpendapat bahwa produksi sale pisang tanpa penggorengan ini mampu mendorong pengembangan usaha bisnis sale pisang yang mereka jalani.

“Setelah ada oven pengeringan otomatis, produksi sale pisang akan bertambah karena pada saat kondisi hujan dan mendung, pengeringan sale pisang akan tetap berlangsung. Itu berbeda ketika sale pisang dikeringkan menggunakan sinar matahari terbuka, selain terbatas oleh cuaca ketika mendung atau hujan, pengeringan berhenti, sehingga produksi sale pisang terhambat sedangkan permintaan pasar mendesak. Disamping itu, pengeringan terbuka dengan sinar matahari juga menyebabkan kualitas sale pisang berkurang atau kurang higienis,” ungkapnya.

Meskipun saat ini sebagian masyarakat sudah terjun mengelola usaha produksi sale pisang, tetapi masyarakat masih penasaran dengan produksi sale pisang tanpa penggorengan.

Pandangan masyarakat menunjukkan bahwa sale pisang yang dibuatnya berbeda dengan sale pisang tanpa penggorengan, sehingga jika sale pisang yang dibuatnya bisa dikembangkan maka jangkauan pemasaran untuk sale pisang ini lebih luas.

Pasar sale pisang yang semula adalah masyarakat kecil, setelah dikembangkan dapat menjangkau pasar dari masyarakat kecil sampai tingkat menengah, karena sale pisang ini tidak mengandung lemak atau kolesterol, dan konsumen yang sudah paham tentang kesehatan menjadi pasar sale pisang tanpa penggorengan.

Pada aspek kemampuan mendorong kemandirian/swadaya masyarakat, peserta tidak ragu dengan pelatihan ini dan menganggap bahwa pelatihan ini bermanfaat untuk mendorong usaha sale pisang menjadi berkembang.

Itu didasarkan pada kenyataan bahwa peserta sudah mempunyai kemampuan dan pengalaman dalam memproduksi sale pisang dengan teknologi konvensional.

Ketika ada inovasi dalam pembuatan sale pisang, peserta merasa tertarik dan termotivasi untuk mengembangkan sale pisang dalam rangka memperluas usaha produksi sale pisang tanpa penggorengan.

“Target keluaran adalah terbentuknya dua kelompok usaha pembuatan sale pisang tanpa penggorengan sebagai awal pengembangan usaha komersial, dan meningkatnya kemampuan atau skill para pengrajin yang tergabung dalam kelompok usaha untuk membuat sale pisang,” katanya.

Sehingga diharapkan dapat mewujudkan kemandirian dan peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan pendapatan keluarga.

“Pelatihan ini merupakan bentuk kegiatan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Skema Program Kemiteraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Tahun 2021,” jelasnya. (rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: