Diserang Geng Motor, Deden Alami Kritis

Diserang Geng Motor, Deden Alami Kritis

Radartasik.com, CIREBON — Nahas dialami oleh Deden Zakaria (21). Pria asal Desa Beringin, Kecamatan Ciwaringin mengalami luka bacok di dada hingga tembus ke paru-paru dan dua jari putus akibat menjadi korban keganasan geng motor. Kini kondisi Deden masih kritis dalam perawatan Rumah Sakit Sumber Waras Ciwaringin, Kabupaten Cirebon.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa dialami Deden,terjadi pada Kamis dini hari (15/07/2021) sekitar pukul 03.00 WIB. Berawal ketika korban pulang dari rumah temannya bernama Toil di wilayah Panguragan. Dia diantar oleh Toil pulang ke Desa Beringin menggunakan motor metik.


Dalam perjalanan, mereka merasa diikuti oleh kelompok bermotor yang tidak diketahui identitasnya. Ketikan tiba di lokasi yang sepi, keduanya dipepet sekelompok berandalan bermotor. Motor terjatuh, Toil langsung lari meninggalkan lokasi kejadian. Sedangkan, Deden menjadi bulan-bulanan keganasan geng motor yang membawa berbagai macam senjata tajam (sajam).


“Kata korban, ingatnya dia dipepet terus jatuh. Kemudian dikeroyok oleh oleh sekitar 15 orang menggunakan sajam. Katanya, kalau helem tidak nyantol di kepala korban bisa mati. Bener juga, saya juga lihat di lokasi. Helem sampai pecah karena dihantam batako. Di lokasi juga ada kayu, batu, dan lainnya,” kata paman korban bernama Supri (24) kepada Radar Cirebon, Jumat (16/07/2021).


Setelah melakukan penganiayaan itu, kelompok geng motor pergi begitu saja. Sementara korban dalam kondisi setengah sadar berusaha lari mencari tempat sembunyi. meminta pertolongan masyarakat. Kebetulan, ada warga yang melihat sehingga kemudian mencari korban melalui tetesan darah. Setelah ketemu, lalu menghubungi keluarga korban.


“Saya yang pertama mendapatkan kabar dari teman langsung ke lokasi kejadian untuk cek. Di situ, kondisi Deden memprihatinkan. Terbaring penuh darah di lantai dua madrasah dekat lokasi kejadian. Lokasi sekitar perempatan Bukaban, Arjawinangun,” tutur Supri.


Supri menghubungi ayah korban, Atmaja. Sambil menunggu ayah korban, Supri membawa korban ke RSUD Arjawinangun untuk mendapatkan perawatan medis dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Arjawinangun.


“Pagi itu juga kita laporkan ke Polsek Arjawinangun. Anggota langsung sigap olah TKP. Ada barang bukti yang diamankan oleh polisi, jari putus milik korban, batako, helem pecah, kayu, batu, baju korban penuh darah,” bebernya.


Di tempat yang sama, Atmaja mengaku kaget saat mendapatkan kabar anaknya menjadi korban penganiayaan geng motor. Dia bergegas ke RSUD Arjawinangun.


“Pas saya lihat, anak saya dadanya bolong, kepala bolong, jari putus dua. Dalam kondisi tidak sadar dan tidak bisa diajak ngobrol. Dari RSUD Arjawinagun kemudian dirujuk ke RS Sumber Waras karena dokter di RSUD Arjawinangun sedang terpapar Covid-19. Kata pihak rumah sakit anak saya harus dioperasi karena lukanya tembus ke paru-paru,” kata Atmaja.


Namun, setelah lebih dari 24 jam berada di RS Sumber Waras, Atmaja justru mengaku bingung mendengar besaran biaya operasi yang mencapai Rp35 juta. Sehingga, perawatan yang dijalani anaknya hanya menutup luka dengan gonta-ganti perban dan obat saja. Atmaja mengaku tidak tahu harus mencari ke mana biaya operasi sebesar itu.


“Katanya biayanya 35 juta. Karena tidak bisa pakai BPJS, jadi harus umum. Saya bingung dengan biaya sebesar itu. Tapi kata perawatnya, kalau tidak mau operasi ya dijahit saja biar darah tidak keluar,” katanya.


Sebagai buruh tani dan juga penggali kubur, Atmaja kini hanya bisa pasrah. Dia berharap pemerintah atau para dermawan bisa membantu biaya operasi anak keduanya tersebut. “Saya berharap ada pertolongan, karena uang sebesar itu saya tidak tahu dari mana,” ujarnya. (rc/cep)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: