Jelang Idul Adha, Harga Pangan Mulai Naik

Jelang Idul Adha, Harga Pangan Mulai Naik

RADARTASIK.COM, JAKARTA - Lonjakan kasus positif Covid-19 di beberapa wilayah Indonesia dikhawatirkan dapat memengaruhi fluktuasi harga beberapa komoditas pangan. Ditambah lagi, kenaikan harga pangan kerap terjadi menjelang hari raya Idul Adha.


Berdasarkan data Indeks Bulanan Rumah Tangga (Indeks BU RT) dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mencatat, terjadi kenaikan harga tujuh dari sembilan komoditas pokok mengalami kenaikan yang pesat. Kenaikan ini juga mendukung laju inflasi di Mei hingga mencapai 0,38 persen di sektor makanan dan minuman.

Beberapa komoditas tersebut di antaranya, harga daging mengalami kenaikan yang paling ekstrim. Pasalnya, dari bulan April ke Mei 2021, harga daging naik sekitar tujuh persen, jauh lebih tinggi dibanding barang lainnya.

”Harga daging sapi meningkat dari Rp 154.750 menjadi Rp 165.900. Harga ayam juga merangkak naik dari Rp 36.900 ke Rp 40.722,” kata Peneliti CIPS, Indra Setiawan, Kamis (24/6/2021).

Menurut Indra, kenaikan beberapa komoditas pangan ini bisa disebabkan beberapa faktor, seperti adanya peningkatan permintaan yang terjadi semenjak awal bulan Ramadan.

”Peningkatan ini jauh lebih pesat dibandingkan Ramadan tahun lalu dan berbarengan dengan permintaan menjelang Idul Adha,” ujarnya.

Selain itu, kata Indra, para pedagang juga tidak memiliki stok daging yang mencukupi. Mereka terpaksa menyembelih sapi betina, yang seharusnya mampu bereproduksi, untuk menjaga ketersediaan sapi jantan di Idul Adha.

”Kebijakan impor juga ditengarai menjadi penyebab kenaikan harga daging. Pasalnya, sapi di Australia sekarang sedang anjlok ketersediaannya,” ucapnya.

Sementara kenaikan harga ayam juga dipengaruhi sengketa Indonesia dengan World Trade Organization (WTO) perihal impor ayam dari Brazil. Impor ayam dari sana pun terus menurun.

“Selain itu, harga ayam juga didorong mahalnya harga pakan dan jagung yang ada di atas rerata Rp 3.000 dan Rp 5.000 untuk masing-masing. Kekurangan pasokan ini bisa menjadi faktor inflasi ayam yang cukup tajam,” terangnya.

Kenaikan harga ayam juga diikuti kenaikan harga telur. Harga telur naik sebesar tujuh persen dari Rp 26.619 ke Rp 28.170. Kenaikan harga ini terjadi setelah sebelumnya harga telur jatuh cukup dalam.

“Kenaikan harga ini disebabkan oleh naiknya konsumsi telur jelang Idul Fitri. Kenaikan ini cukup pesat, hingga bisa menyaingi penurunan harga di periode seA­belumnya,” imA­buhnya.

Bersamaan dengan itu, harga gula justru tidak mengalami banyak pergerakan dari segi harga selama satu bulan terakhir. Harga gula di IndoA­nesia pun justru cenA­derung meA­nurun akibat maA­suknya gula impor.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) juga meA­nunjukkan, bahwa harga gula naik dari Rp 16.400 dari Rp 18.000 pada bulan Mei 2021.

“Harga gula bisa menurun karena beberapa faktor, seperti serangan hama juga dapat menjatuhkan harga gula ke depannya. Kami menyimpulkan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh impor yang lebih berefek ke harga gula di daerah,” jelasnya.

Di sisi lain, lanjut Indra, tren pergerakan harga beras juga tidak jauh berbeda dengan pergerakan harga gula. “Harga beras hanya sedikit meningkat dari Rp 12.508 ke Rp 12.589,” pungkasnya.

Dengan begitu, Indar menyimpulkan, bahwa bulan Mei 2021 dipenuhi dengan inflasi komoditas. Namun, inflasi yang ada belum tentu menggambarkan peningkatan dari permintaan konsumen.

Permintaan yang meningkat hanya dapat dilihat dari perubahan harga daging. Di sisi lain, sejumlah komoditas masih cenderung dipengaruhi oleh kebijakan impor dan guncangan eksternal.

“Pemerintah perlu menganalisis masalah rantai pasokan dan ketersediaan di lapangan guna mencegah pergerakan harga yang ekstrim dan mengontrol inflasi,” pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: