TASIK - Murai alias kucica hutan (Copsichus malabaricus dari famili Muscicapidae) memiliki keindahan fisik dengan ekor panjang dan bulu warna hitam dan oranye.
Soal suara, burung ini memiliki vocal khas menggema yang disertai lengkingan “isian” cililin, kapas tembak bahkan suara lovebird. Sehingga kerap memikat kicau mania.
Sebagai wujud pelestarian, beberapa penangkaran di Tasikmalaya dan sekitarnya telah sukses mengembangkannya. Sehingga kicau mania masih bisa mendapatkan burung murai dengan mudah.
Salah satunya peternak murai dari Kota Tasikmalaya yaitu AK 69 TSM di Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Bungursari. Sudah lima tahun ini, peternak AK 69 TSM, Hadi Gunawan melayani kicau mania.
Dengan mengutamakan kualitas super, yakni dari bibit trah juara lomba nasional, per ekor bisa tembus Rp30 jutaan.
”AK 69 TSM ingin menjaga kualitas burung dengan mencari bibit yang mempunyai trah juara nasional. Seperti anaknya Dozer, Semar Sakti, Samudra, Hanoman, Pelor Sakti, dan HBD 27. Semuanya itu memiliki juara mulai juara Pasundan Cup Bandung, Owen Cup Jakarta, Kapolres Cirebon Cup, Piala Presiden, Piala Raja Yogyakarta,” katanya kepada Radar, Minggu (24/5/2021).
sebagai solusi untuk meminang anakan atau trotolan dari murai berkelas, kicau mania bisa membelinya dengan harga relatif terjangkau mulai Rp3,5 juta hingga Rp5 juta.
Faktor yang mendoirong tingginya harga anakan ini karena ternak murai memang tidak mudah. Banyak hambatan atau kegagalan saat memulai ternak.
”Dari penjodohan bisa hingga 2 tahun dan betinanya sering mati. Serta sering buang telur,” kisahnya.
Seiring perjalanan yang dilandasi hobi, ikhtiar yang dilakukannya berbuah manis. ”Hingga saat ini saya punya 15 kandang yang sudah jodoh. Ini semua demi meningkatkan kicau mania di Tasikmalaya,” katanya.
Ia pun berbagi tips cara ternak murai. Mulai dari usia bibit minimal betina umur satu tahun dan jantan berumur satu setengah tahun. ”Biar mapan sehingga emosinya stabil dan kualitas bagus,” pesan dia.
Ketika akan penjodohan, EF atau ekstra puding jangan sampai kendur untuk menaikkan birahi. Seperti jangkrik, kroto, dan cacing. “Setelah itu murai betina dan jantan didekatkan beda kandang agar saling mengenal. Lalu betina dilepaskan terlebih dahulu ke kandang penjodohan yang panjangnya dua setengah meter, tinggi dua meter, dan lebar satu meter. Setelah birahi, sang jantan dilepas ke kandang penangkaran sambil dilihat perekembangannya hingga berjodoh,” katanya. (riz)