Faktor Lingkungan Masih Diabaikan Pemkot Tasik

Senin 24-05-2021,18:00 WIB
Reporter : syindi

BUNGURSARI — Untuk menjamin kesehatan masyarakat, khususnya ibu hamil dan bayi tidak cukup hanya asupan makanan bergizi. Faktor lingkungan yang sehat pun harus diperhatikan karena punya pengaruh besar.

Ketua Lembaga Penyelamat Lingkungan Hidup Indonesia (LPLHI) Kota Tasikmalaya, Asep Depo mengatakan dalam hal urusan kesehatan pemerintah cenderung fokus di pelayanan langsung. Sementara, faktor lingkungan masih kurang diperhatikan.

“Makanan yang bergizi kalau lingkungan enggak sehat ya tetap saja mengundang penyakit,” ujarnya kepada Radar, Minggu (23/5/2021).

Dia mengaku prihatin dengan banyaknya anak yang kekurangan gizi bahkan meninggal. Dia meyakini salah satu penyebabnya adalah lingkungan yang rusak dan tidak sehat. “Orang kesehatan pun pasti sepakat, lingkungan yang rusak itu bisa merusak kesehatan apalagi kepada bayi,” katanya.

Pihaknya memang konsentrasi dalam hal dampak kerusakan lingkungan. Akan tetapi, inti dari kerusakan lingkungan tentunya berujung pada kesehatan dan kelangsungan hidup masyarakat. “Limbah pabrik, sampah berserakan tentu merusak lingkungan dan mengancam kesehatan warga,” ujarnya.

Maka dari itu, pihaknya meminta Pemerintah Kota Tasikmalaya bisa lebih memperhitungkan soal lingkungan dalam program kesehatan untuk masyarakat. Setidaknya limbah-limbah rumah tangga harus bisa ditangani lebih maksimal. “Pencemaran lingkungan, sanitasi yang bermasalah dan sampah rumah tangga tentu mengakibatkan lingkungan tidak sehat,” terangnya.

Sebelumnya, Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAD) Kota Tasikmalaya Eki S Baehaqi mengatakan situasi pandemi ini sudah cukup mengakibatkan degradasi pendidikan anak dengan proses belajar daring. Jika ditambah dengan meningkatnya kasus stunting, ini bisa memperburuk kualitas perkembangan anak secara fisik dan mental. “Karena di situasi pandemi ini saya lihat hak kesehatan anak lebih terabaikan,” ucapnya.

Dalam hal ini, pemerintah harus benar-benar menjamin asupan gizi yang baik untuk anak dan ibu hamil. Khususnya bagi masyarakat yang memang di kalangan ekonomi menengah ke bawah. “Semuanya harus terjamin, hanya saja ekonomi menengah ke bawah harus jadi prioritas,” tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, puluhan bayi dan balita di Kota Tasikmalaya diketahui tidak mampu bertahan hidup dan meninggal dunia. Hal ini didominasi oleh kondisi fisik bayi yang lemah akibat kekurangan gizi atau mengalami gizi buruk.

Kelahiran bayi bagi para orang tua merupakan hal yang ditunggu-tunggu, terlebih bayi pertama. Namun sebagian dari mereka harus menelan pil pahit karena bayi mereka tidak mampu bertahan hidup atau meninggal dunia.

Berdasarkan informasi open data Kota Tasikmalaya, sepanjang tahun 2020 tercatat ada 42 bayi dan balita yang meninggal dunia. Jumlah tersebut terbagi menjadi 21 anak perempuan dan 21 laki-laki.

Selain itu, di tahun yang sama ada 15 bayi yang dilahirkan dalam kondisi meninggal dunia. Lebih detailnya jumlah tersebut meliputi 9 bayi laki-laki dan 6 bayi perempuan.

Di tahun 2021, RSUD dr Soekardjo pun mencatat ada 17 bayi di bawah 1 tahun meninggal dunia, dan 15 di antaranya merupakan anak dari penduduk Kota Tasikmalaya. Jumlah tersebut baru hitungan di tiga bulan pertama yakni Januari sampai Maret 2021. (rga)
Tags :
Kategori :

Terkait