TAWANG — Di saat anak usia sekolah menengah sebatas menjadi pengguna beragam aplikasi smartphone. Siswa SMPN 4 Kota Tasikmalaya Fazri Arrashyi Putra justru membuat aplikasi messenger yang dirancang sendiri sejak pandemi Covid-19 berlangsung.
Pembatasan kegiatan yang memaksa para siswa belajar secara daring dan lebih banyak waktu di rumah itu, dimanfaatkan betul oleh anak kelahiran Tasikmalaya 28 Desember 2005 tersebut. Akhir Maret 2020 lalu, Fazri memutuskan mulai merancang aplikasi yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan teman-temannya, secara mandiri.
“Alhamdulillah, aplikasi chatting ZeeApps pada 10 Mei lalu resmi tersedia di google playstore.
Pengguna gadget android sudah bisa menginstal-nya,” kata Fazri di sela penyerahan piagam penghargaan dari SMPN 4 Kota Tasikmalaya, Selasa (18/5/2021).
Sebelumnya, ia mengaku sempat waswas, ketika aplikasinya itu di-unggah untuk diseleksi para curator dari google yang dimulai sejak Awal Mei 2021. Ia khawatir, aplikasinya tersebut tidak lolos dan layak untuk disediakan di google playstore.
“Saya juga sempat testing di internal teman-teman musisi yang sering bermain dengan saya. Sejauh ini tidak banyak terjadi bug error, dan alhasil lolos serta layak di-unggah sebagai salah satu aplikasi untuk perpesanan,” cerita putra kedua pasangan Dede Yudi dan Yuli Yuliawati itu.
Awalnya, Fazri merasa jenuh ketika di usianya yang baru 15 tahun itu hanya sebagai pengguna aplikasi-aplikasi android saja. Ia berinisiatif merancang aplikasi sendiri untuk digunakan rekan-rekan dekatnya saja dalam berkomunikasi.
“Termotivasi saja, masa orang barat terus yang buat, kita cuma pakai. Maka saya coba-coba saja, dan alhamdulillah sekarang sudah hampir 100 pengguna android mengunggah aplikasi ZeeApps,” papar Fazri.
Ia merinci beberapa keunggulan aplikasi tersebut, dimana ruang penyimpanan pada smartphone yang dibutuhkan untuk mengunggah ZeeApps hanya puluhan megabyte saja. Kemudian durasi personal status bisa memuat postingan sampai 5 menit, sedangkan aplikasi Whatsapps hanya di kisaran 30 detik saja.
“Di samping itu, ketika kita ingin kirim foto ke teman kita, kualitas fotonya tidak diminimalkan seperti aplikasi lain, sehingga kualitasnya sesuai dan volume filenya berukuran besar,” kata siswa yang hobi bermain musik itu.
Dia menceritakan siswa kelas 3 SMP ini sudah terlihat ulet sejak kecil. Ketika duduk di bangku kelas 2 SD, Fazri sudah meminta buku-buku programming.
“Kita juga bisa mengunci aplikasinya dengan mode sidik jari, sehingga privasi pengguna ZeeApps terjaga, ketika smartphone kita dipinjam orang lain,” sambung dia.
Ibu Fazri, Yuli Yulianti sempat khawatir ketika melihat anaknya waswas saat para penguji aplikasi dari google melakukan test pada ZeeApps. Mengingat putranya itu hanya merancang dengan perangkat komputer ala kadarnya, melalui software android studio.
“Iya sudah tentu saya juga ikut khawatir takut anak saya merasa gagal, tetapi alhamdulillah meski diuji para praktisi handal berbagai negara, aplikasi yang dirancang Fazri bisa tayang di Google Playstore,” Syukur Yuli.
“Bahkan dari SD juga Fazri itu sudah mau ngotak-ngatik CPU, laptop sampai handphone saya. Tapi saya biarkan selagi ia gunakan untuk hal positif dan edukatif,” ungkapnya.
Kategori :