TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Produksi sampah di Kota Tasikmalaya terus membengkak. Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat, lebih dari 320 ton sampah dihasilkan setiap hari dan hampir seluruhnya langsung ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir.
Kondisi ini membuat daya tampung TPA semakin berat karena sistem yang digunakan baru sebatas controlled landfill, bukan sanitary landfill yang lebih ramah lingkungan.
Di tengah keterbatasan penanganan pemerintah, warga Kampung Benteng, RW 7, Kelurahan Sukamenak, Kecamatan Purbaratu, memilih jalur mandiri.
Sejak empat bulan terakhir, mereka tidak lagi mengirim sampah ke TPA Ciangir.
BACA JUGA:Diky Candra Kenalkan Budaya Kota Tasikmalaya Lewat Silat Payung saat Kirab Budaya Milangkala Jabar
Langkah ini dipelopori oleh Fajar bersama Ketua RW 7, Riska Suswanto. Mereka menggagas pengelolaan sampah berbasis swadaya masyarakat.
Sampah warga diangkut setiap dua minggu sekali, lalu diproses melalui pembakaran menggunakan incinerator sederhana.
“Sekali narik sampah, dalam empat hari bisa terkumpul 1,2 ton. Jadi seminggu hampir 3–4 ton sampah berhasil kami kelola sendiri,” kata Fajar, Selasa 19 Agustus 2025.
Pengelolaan ini masih sepenuhnya bergantung pada iuran sukarela.
Warga memberi Rp2.000 setiap kali sampah diambil, dan uang tersebut digunakan untuk operasional.
Meski berhasil menjaga lingkungan tetap bersih, Fajar khawatir soal keberlanjutan.
“Jangka panjangnya harus dipikirkan. Bagaimana operator ini bisa bertahan hidup, karena selama ini hanya mengandalkan udunan warga,” terangnya.
Inisiatif warga ini menjadi bukti nyata bahwa persoalan sampah bisa diurai jika ada pengelolaan di tingkat komunitas.
BACA JUGA:Ucapan Sri Mulyani Sebut Guru Beban Negara Lukai Hati Tenaga Kependidikan di Tasikmalaya