"Musyaro'ah itu bergegas. Dan ternyata sifat wali-wali Allah itu, kalau melakukan kebaikan bergegas. Dan sifat orang munafik kalau melakukan kebaikan bermalas-malasan," lanjut beliau.
Dalil dari Al-Qur'an pun memperkuat hal ini. Dalam QS An-Nisa ayat 142, Allah berfirman:
"Wa idza qoomuu ilasholaati qoomuu kusaalaa"—Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.
Ayat ini adalah peringatan keras bagi siapa saja yang malas, terutama dalam ibadah.
Jika malas saja sudah mendekatkan kita pada sifat munafik, apa lagi menunda-nunda?
Malas sering kali dianggap sebagai masalah kecil, padahal dampaknya sangat besar.
Malas membuat kita kehilangan momentum untuk melakukan kebaikan.
Nasehat Gus Baha dalam pengajiannya menegaskan bahwa malas adalah sifat yang harus dilawan.
Jika tidak, kita tidak hanya kehilangan peluang pahala, tetapi juga menjauh dari sifat seorang mukmin sejati.
Pesan Gus Baha mengajarkan bahwa kebaikan tidak boleh ditunda.
Setiap detik adalah kesempatan untuk berbuat sesuatu yang bernilai.
Jangan biarkan sikap menunda menjadi penghalang keberkahan.
Kita hidup di dunia ini untuk menjalankan tugas sebagai hamba Allah.
Maka, apa alasan kita untuk menunda kebaikan?
Mari ubah pola pikir kita. Setiap kebaikan, sekecil apa pun, harus dilakukan sekarang juga.
Jangan menunggu "kesempatan yang lebih baik," karena mungkin kesempatan itu tidak akan pernah datang lagi.