RADARTASIK.COM - Salah satu tema menarik dalam kajian Gus Baha adalah mengenai status kehambaan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Pesan ini menekankan pentingnya manusia menyadari posisinya sebagai hamba Allah yang benar sebelum berharap mendapatkan rida dan surga-Nya.
"Makanya dalam sebuah ayat disebutkan, masuk surga itu gampang, yang susah itu kamu masuk status kehambaan itu," ucap Gus Baha.
Beliau menjelaskan bahwa masuk surga itu mudah, tetapi yang sulit adalah mencapai status sebagai hamba Allah yang sesungguhnya. Gus Baha lalu mengutip firman Allah dalam Al-Qur'an:
"Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji'i ila rabbiki radhiyatan mardhiyah, fadkhulii fi 'ibadi wadkhulii jannatii"
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai-Nya, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr: 27-30).
"Kamu harus masuk status 'hamba-Ku' dulu, baru kamu boleh masuk surga," ujar Gus Baha.
Beliau menegaskan bahwa sebelum seseorang dapat menikmati surga, ia harus terlebih dahulu mendapatkan pengakuan status kehambaan yang benar dari Allah SWT.
Gus Baha memberikan analogi yang menarik: seperti halnya seseorang memerlukan visa dan paspor untuk memasuki negara lain, status kehambaan adalah syarat mutlak untuk masuk ke surga Allah.
"Orang boleh menikmati fasilitas negara lain kalau visa dan paspornya disahkan. Orang boleh masuk surga kalau status kehambaan-Nya disahkan oleh Allah SWT," tutur Gus Baha.
Bagaimana Memulai Status Kehambaan yang Benar?
Menurut Gus Baha, langkah pertama menuju status kehambaan yang benar adalah dengan sujud.
"Sujud," jawab Gus Baha. "Anggota tubuh yang begitu terhormat, namanya kepala, kita tundukkan kepada Allah SWT," lanjutnya tegas.
Secara fisik, kehambaan dimulai dari sujud. Kepala, bagian tubuh manusia yang paling dihormati, ditundukkan serendah-rendahnya di hadapan Allah SWT.