KPU juga menghadirkan lima panelis yang terdiri dari akademisi dan pakar.
Para panelis tersebut adalah Dr. H. Pepep Puad Muslim, M.Si dari Institut Nahdlatul Ulama (INU) Tasikmalaya; Prof. Muradi, SS, M.Si, M.Sc, Ph.D dari Unpad; Prof. Moh Taufiq Rahman, MA, Ph.D dari UIN Sunan Gunung Djati; Dr. Aip Syarifudin, M.Pd.I dari Universitas Muhammadiyah Cirebon; dan Dr. Edy Suroso, SE, M.Si, CSBA dari Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Asep menegaskan bahwa debat ini adalah ruang bagi para kandidat untuk menyampaikan gagasan mereka tanpa saling menjatuhkan, demi menjaga suasana yang kondusif.
"Ini adalah ruang untuk meyakinkan pemilih, bukan untuk menjatuhkan satu sama lain," jelasnya.
BACA JUGA:Debut Reza Rahadian sebagai Sutradara di Film Pangku, Mengangkat Tradisi Kopi Pangku di Pantura
Pengamat politik Tasikmalaya, Asep M. Tamam, menilai debat publik ini menjadi kesempatan bagi para kandidat untuk menarik perhatian pemilih yang masih ragu, khususnya pemilih pemula, Gen Z, dan milenial.
"Sebagian besar dari mereka mungkin belum menentukan pilihan," tuturnya.
Asep M. Tamam juga memperkirakan bahwa potongan video dari debat ini akan digunakan oleh tim kampanye untuk membangun citra kandidat atau bahkan untuk menyudutkan lawan politik.
"Video dari debat ini bisa menjadi materi kampanye yang kuat," tambahnya.
BACA JUGA:Promotor Resmi Menurunkan Harga Tiket Fan Meetup Lisa BLACKPINK di Jakarta
Debat publik ini diharapkan menjadi ajang konstruktif bagi para calon dalam menyampaikan ide-ide terbaik mereka untuk kemajuan Kota Tasikmalaya.