Lukisan Gua Tertua di Indonesia Ditemukan! Simak Isinya

Rabu 17-07-2024,16:44 WIB
Reporter : Ruslan
Editor : Ruslan

Sebelumnya, BRIN telah menggunakan metode berbasis uranium untuk mencari usia seni cadas di Sulawesi dan Kalimantan. Namun, teknik LA-U-series ini memberikan data yang lebih akurat dengan mendeteksi usia lapisan kalsium karbonat dengan sangat rinci hingga mendekati waktu pembuatan seni tersebut. Penemuan ini akan merevolusi metode analisis tanggalan seni cadas.


Peneliti BRIN, Griffith University dan Southern Cross University menemukan lukisan gua tertua di Indonesia.-BRIN-

Profesor Joannes-Boyau menjelaskan bahwa teknik inovatif yang sedang dikembangkan oleh timnya memungkinkan mereka untuk memetakan lapisan kalsium karbonat dengan sangat detail.

Kemampuan ini memungkinkan Profesor Joannes-Boyau untuk menentukan dan menghindari area permukaan yang mengalami perubahan diagenesis secara alami, sehingga penentuan umur seni cadas menjadi lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

BACA JUGA: Identitas Mayat yang Ditemukan di Saluran Irigasi Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Terungkap

Tim penelitian juga melakukan pertanggalan ulang pada lapisan kalsium karbonat yang menutupi lukisan gua di situs Leang Bulu’ Sipong 4 di Maros Pangkep. 

Lukisan ini menggambarkan sosok therianthropes (makhluk setengah manusia, setengah hewan) yang sedang berburu babi rusa dan anoa.

Sebelumnya, lukisan ini diperkirakan berusia setidaknya 44.000 tahun. Namun, dengan metode terbaru, ditemukan bahwa seni tersebut berusia sekitar 48.000 tahun atau 4.000 tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya.

Profesor Adam Brumm dari Griffith’s Australian Research Centre for Human Evolution (ARCHE) yang turut serta dalam penelitian ini menyatakan bahwa seni gua dari Leang Karampuang dan Leang Bulu’ Sipong 4 memberikan wawasan baru tentang pentingnya budaya bercerita dalam sejarah seni.

”Perlu diingat bahwa lukisan cadas tertua yang kami temukan di Sulawesi ini menggambarkan beberapa adegan yang jelas, yaitu interaksi antara manusia dan hewan, menunjukkan bahwa seniman pembuatnya berusaha untuk berkomunikasi secara naratif,” kata Brumm.

Brumm juga menambahkan bahwa ini merupakan penemuan mutakhir karena pandangan akademis sebelumnya menunjukkan bahwa lukisan gua figuratif awal hanya terdiri atas panel individual tanpa adegan yang jelas. Representasi gambar yang memiliki cerita baru muncul kemudian dalam seni hias Eropa.

Menanggapi penemuan penting ini, Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN Sofwan Noerwidi mengatakan bahwa publikasi ini menunjukkan pentingnya pengembangan teknik dan metode penelitian agar hasil penelitian semakin tajam.

”Penggunaan laser ablation yang dikombinasikan dengan pertanggalan U-series menunjukkan bahwa lukisan naratif prasejarah muncul lebih awal dari yang diperkirakan, yaitu lebih tua dari 50.000 tahun,” ungkapnya.

BACA JUGA: Tak Diajak Piala Presiden 2024, Persebaya Memilih Pemusatan Latihan di Yogyakarta, Fokus Susun Komposisi Tim

Kepala Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan BRIN Marlon Ririmasse menambahkan bahwa hasil ini mencerminkan produktivitas kolaborasi riset internasional yang konsisten antara BRIN dan mitra lembaga nasional serta kontribusi arkeologi Indonesia dan Australia terhadap ilmu pengetahuan.

Kepala Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN Irfan Mahmud berpendapat bahwa publikasi ini sangat bermakna bagi narasi kebudayaan dunia dari berbagai aspek ilmu pengetahuan.

Ini juga memperkuat pentingnya warisan arkeologi Maros-Pangkep sebagai kawasan yang harus dilindungi dan dimanfaatkan untuk riset, pendidikan serta pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat.

Kategori :