Berdasarkan informasi yang diterimanya, kenaikan itu juga dipicu oleh kegagalan panen di sejumlah wilayah pemasok. Seperti musimnya serangan hama wereng cokelat.
"Banyak yang gagal. Informasi karena hama wereng atau apa itu ya hama penyakit," jelasnya.
Yana menjelaskan, ketika pemerintah menaikkan HET itu, dibarengi dengan kondisi banyak sawah yang gagal panen.
Biasanya dari satu hektare menghasilkan 5 ton, kini hanya bisa 2 ton saja. Kendati demikian Yana menyebut, beberapa beras berkualitas masih bisa didapatkan.
BACA JUGA:PT LIB Pastikan Penggunaan VAR Berlanjut di Liga 1 2024/2025, Dana Rp 100 Miliar Digelontorkan
Diakui Uun, warga Panglayungan, yang tengah berbelanja itu, dia memilih beras Singaparna seharga Rp 15.000 per kilogram.
Meski mengalami kenaikan, dirinya enggan jika harus menyantap nasi dari beras bantuan dengan kualitas tak baik.
"Ini beli 11 kilogram. Setiap hari nyangu paling sekilo buat empat orang," sebutnya.
"Dipeser we sanajan mahal oge, da bahan pokok itumah, teu tiasa dianjuk. Pami meser atanapi nampi nu bantosan, atuh alim nuang nu teu sae mah kualitasna," lanjut Uun.