Pada awalnya, breakdance di Indonesia hanya dikenal oleh segelintir orang dan dilakukan di tempat-tempat kecil seperti taman, lapangan, atau teras rumah.
Dalam waktu singkat, grup-grup breakdance mulai terbentuk di berbagai kota di Indonesia.
Dan dengan semakin boomingnya fenomena breakdance di tanah air, kompetisi dan pertunjukan breakdance pun mulai diadakan di berbagai acara komunitas, festival, dan bahkan acara televisi.
Pada bulan Oktober 1984, diselenggarakan Festival Breakdance untuk pertama kalinya di Surabaya.
Festival ini kemudian dilanjutkan di Jakarta pada tanggal 13 dan 27 Desember 1984.
Bandung juga tak ketinggalan, pada tanggal 22 Desember 1984 diadakan festival serupa, dan terakhir di Yogyakarta pada tanggal 5 Januari 1985.
Breakdance sebagai Budaya Pop
Breakdance tak dapat dipisahkan dari musik. Musik dengan irama break beat menjadi elemen utama dalam tarian ini.
Para breakers menggunakan campuran musik-musik seperti Jazz, Soul, Funk, Electro, Electro Funk, Disco, dan Hip Hop sebagai musik latar breakdance.
Irama musik ini memberikan ritme yang tepat untuk mengekspresikan gerakan-gerakan breakdance yang energik dan dinamis.
Selain musik, fashion atau pakaian juga memiliki peran yang sangat penting dalam breakdance.
Pada tahun 1980-an, para breaker memilih beberapa brand seperti Adidas, Puma, atau Fila untuk sepatu mereka.
Hal ini dikarenakan sepatu-sepatu dari brand ini memiliki fleksibilitas yang pas untuk mendukung gerakan-gerakan yang dilakukan dalam breakdance.
Selain itu, pilihan pakaian yang umum digunakan adalah kaos longgar, celana panjang longgar, topi, dan bandana.
Atribut-atribut ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas visual breakdance.
Dalam breakdance, musik dan fashion memberikan nuansa yang khas dan memperkaya pengalaman para breakers.