Keroncong Tugu ini disebut juga sebagai musik tradisional Betawi.
BACA JUGA: Ramai, SPBU Tidak Jual Pertalite, Ini Ganti BBM Subsidi, Begini Jawaban Pertamina
BACA JUGA: Pilkada 2024 Kabupaten Ciamis, PDI Perjuangan dan Demokrat Siap Bangun Koalisi Kemenangan Rakyat
Dalam perkembangannya musik fado dari Portugis ini lemudian menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara.
Evolusi musik keroncong dari awalnya musik fado ini berlangsung cukup lama san memakan waktu kurang lebih 2 abad, sampai akhirnya dikenal dengan nama musik keroncong.
Pengembangan Musik Keroncong di Indonesia
Musik keroncong diperkenalkan secara resmi di Indonesia (saat itu Hindia Belanda) pada awal abad ke-19 sekitar tahun 1880.
Pada masa ini, musik fado dari portugis sudah mengalami perubuahan dengan masuknya beberapa tambahan alat musik tradisional Indonesia seperti gamelan, seruling dan rebab.
Menurut beberapa sumber, penamaan keroncong didasarkan pada bunyi yang dihasilkan alat musik ukulele yang berbunyi "crong-crong".
Pada masa penjajahan Belanda, musik keroncong menjadi semakin populer dan meluas ke berbagai daerah di Indonesia.
Perbedaan musik keroncong dengan musik fado selain penambahan alat musik tradisional, juga berkaitan dengan penggunaan nada pada musiknya.
Musik fado lebih banyak menggunakan nada minor karena lagu-lagunya sering bernuansa sedih, sedangkan keroncong lebih sering menggunakan nada mayor.
Kearifan lokal juga memiliki kontribusi besar dalam pengembangan musik keroncong.
Para seniman lokal menggubah lagu-lagu dengan tembang-tembang yang khas untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari dan cerita-cerita cinta.
Lirik-lirik dalam bahasa Melayu/Indonesia yang emosional dan mendalam menjadi ciri khas dari musik keroncong.
Pada awal abad ke-20, musik keroncong semakin terkenal dan berkembang menjadi salah satu identitas musik Indonesia.