2. Kontrol
Kontrol merujuk pada keinginan seseorang untuk merasa memiliki kekuasaan, otonomi, dan pengaruh dalam hubungan.
BACA JUGA: Pilkada 2024 Kota Banjar, PKB Buka Pendaftaran Bacawalkot-Bacawawalkot, Sudah Ada 4 Kandidat
BACA JUGA: Cair Dana BOS dan PIP Pesantren 2024, Siapkan Persyaratan yang Harus Dibawa ke Bank
Individu dengan tingkat kontrol yang tinggi cenderung ingin memilih dan mengendalikan lingkungan serta menjadi pihak yang memiliki keputusan.
Mereka mungkin memiliki kebutuhan untuk mengorganisir dan mengarahkan interaksi dalam hubungan mereka.
Sedangkan orang dengan tingkat kontrol yang rendah cenderung bersikap merendajkan diri, mereka selalu memilih posisi sebagai bawahan dan tidak ingin ikut campur dalam pengambilan keputusan.
3. Afeksi
Afeksi mengacu pada keinginan seseorang untuk terhubung secara emosional dengan orang lain dalam hubungan.
Individu dengan tingkat afeksi yang tinggi cenderung menyukai ekspresi emosi, perhatian, dan kedalaman hubungan yang dapat berbagi perasaan mereka.
Mereka mungkin mencari rasa keintiman dan kedekatan emosional dalam hubungan interpersonal.
Sementara orang dengan tingkat afeksi yang rendah akan menghindari hubungan yang lebih dekat serta memilih untuk berhubungan secara berjarak.
Penting untuk dicatat bahwa inklusi, kontrol, dan afeksi bukan merupakan konsep yang terpisah, melainkan saling terkait dan berinteraksi satu sama lain dalam hubungan interpersonal.
Setiap individu memiliki kombinasi unik dari tingkat yang berbeda-beda dari konsep-konsep ini, yang dapat mempengaruhi dinamika dan keberhasilan hubungan mereka.
Dalam konteks kebutuhan interpersonal menurut teori William Schutz, perilaku yang terkendali melibatkan pengakuan atas hak individu terhadap kebebasan mereka sendiri dan pada saat yang sama menghormati hak orang lain atas kebebasan mereka.
Dalam hubungan interpersonal, manusia memiliki kebutuhan untuk merasa memiliki kontrol atas kehidupan mereka sendiri.