RADARTASIK.COM – Mantan pemain Messina, Marc Zoro minta stadion Udinese ditutup selama 6 bulan akibat nyanyian rasis pendukungnya kepada kiper AC Milan, Mike Maignan.
Marc Zoro menyoroti permasalahan rasisme dalam dunia sepakbola, merinci pengalamannya sebagai korban saat Messina menghadapi Inter Milan pada tahun 2005.
Dalam wawancara dengan La Gazzetta dello Sport, Zoro mengungkapkan bahwa ia pernah mendapat hinaan rasis dari pendukung Inter Milan yang membuatnya hampir meninggalkan pertandingan.
Menurut Zoro, tindakan keras perlu diambil untuk menghadapi pendukung yang melakukan tindakan rasisme, dan ia mengusulkan menutup stadion selama enam bulan sebagai langkah keras dan simbolis.
BACA JUGA:HP GAHAR! Layar Super AMOLED Nokia X200 Ultra 2024 dan Kamera 200MP Cek Harganya di Sini
"Saya berada di dekat garis gawang. Saya mendengar lolongan, nyanyian, hinaan, dan saya tidak lagi melihat kami. Saya memahami Mike, sungguh: jika saya menggantikannya, saya tidak akan pernah kembali," kenangnya.
Zoro menyatakan keyakinannya bahwa menutup stadion selama enam bulan adalah solusi yang tepat, meskipun menyadari bahwa ini hanya menyangkut sebagian kecil dari pendukung. Namun, menurutnya, tindakan tegas harus diberikan.
“Solusinya hanya menutup stadion selama enam bulan. Memang benar kita hanya berbicara sebagian kecil dari dukungan, kalau boleh disebut begitu, tapi sinyal harus diberikan,” tuntutnya.
“Senang membaca solidaritas kepada Maignan, tapi stadion harus ditutup. Udinese, atau siapa pun, harus bermain selama enam bulan di stadion lain, sehingga orang-orang dapat memahami pentingnya tindakan tersebut," jelasnya.
BACA JUGA:Beppe Bergomi: Untuk Raih Scudetto, Inter Milan Harus Kalahkan Juventus, Ini Masalah Sejarah
Terhadap pernyataan pelatih Udinese, Gabriele Cioffi, yang meminta semua pihak hanya fokus pada sepakbola, Zoro menganggapnya sebagai sikap lemah dan menegaskan bahwa masalah rasisme tidak boleh dianggap remeh.
“Seseorang tanpa kepribadian, dan di sini saya berhenti,” sindirnya kepada Cioffi.
“Terlintas dalam pikiran ucapan Ancelotti, yang setelah kasus serupa (rasisme kepada Vinicius, red) ia mengatakan bahwa tidak mungkin membicarakan sepak bola setelah pertandingan,” terangnya.
“Cioffi salah mengatakan hal itu, hal itu tidak boleh dianggap remeh. Dia mempunyai sikap yang lemah. Dia harus membuat para penggemarnya memahami keseriusan masalah ini,” tekannya.
“Jika hal ini terjadi pada salah satu pemain Anda, bagaimana reaksi Anda? Tidak masuk akal, sungguh. Dan sikap-sikap ini merupakan bagian integral dari masalah ini," kecamnya.