RADARTASIK.COM - Kantor Berita Palestina buang kalimat Mahmoud Abbas yang menyebut Hamas tidak mewakili rakyat Palestina.
Presiden Mahmoud Abbas diketahui mengkritik tindakan Hamas saat melakukan percakapan telepon dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro membahas pengeboman Israel di Jalur Gaza.
Mahmoud Abbas sempat mengatakan kepada rekannya dari Venezuela bahwa tindakan pejuang Hamas dengan menyerang Israel tidak mewakili seluruh rakyat Palestina.
“Presiden juga menekankan bahwa kebijakan dan tindakan Hamas tidak mewakili rakyat Palestina dan menambahkan bahwa Organisasi Pembebasan Palestina adalah satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina,” kata Abbas yang diberitakan oleh Kantor Berita Palestina (WAFA).
BACA JUGA:Persiraja Update Pemain Jelang Putaran Kedua Liga 2 Dimulai, Mantan Bintang Persib Telah Merapat
Namun, hanya beberapa jam setelah menerbitkan pernyataan Presiden Mahmoud Abbas, Kantor Berita Palestina langsung mengubahnya tanpa menyebut Hamas tidak mewakili rakyatnya.
“Presiden menegaskan bahwa kebijakan, program, dan keputusan Organisasi Pembebasan Palestina mewakili rakyat Palestina sebagai satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina, dan bukan kebijakan negara mana pun termasuk organisasi lain,” bunyi pernyataan terbaru WAFA dikutip dari Al-Quds Al-Arabi.
“Presiden menegaskan penolakannya terhadap pembunuhan warga sipil di kedua pihak dan menyerukan pembebasan warga sipil, tahanan, dan tahanan di kedua pihak,” lanjutnya.
BACA JUGA:300 Karyawan Asia Plaza Gathering ke Pantai Pangandaran, Pokoknya Kudu Happy!
Belum jelas mengapa kalimat Presiden Mahmoud Abbas tentang Hamas dihapus, walaupun muncul rumor yang menyebut ia mendapatkan tekanan dari Barat.
Baik kantor Presiden Abbas maupun Kantor Berita Palestina belum mengeluarkan komentar apa pun dan Hamas juga tidak mengomentari masalah tersebut.
Sementara itu, Iran menganggap kemungkinan serangan darat Israel di Jalur Gaza sebagai “batas terakhir” yang akan membuka front baru melawan Tel Aviv, kata Ebrahim Azizi, wakil ketua Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran dalam wawancara dengan media Rusia, Sputnik.
"Front perlawanan Palestina sebenarnya tidak memiliki batas... Israel harus menyadari bahwa invasi ke Gaza adalah garis merah, dan Palestina sedang menunggu agar Israel melakukan kesalahan besar ini," ujarnya.
"Jika rezim Israel mengambil langkah seperti itu dan tidak menghentikan serangan rudal di Jalur Gaza, maka mereka harus siap untuk munculnya front militer baru yang menentangnya, dan bukan hanya satu front seperti yang ada saat ini," tandasnya.