RADARTASIK.COM - ini kata Pakar militer Rusia, Yuri Lyamin tentang serangan darat Israel yang terpaksa ditunda karena cuaca mendung.
Israel berencana melakukan serangan darat ke Jalur Gaza akhir pekan ini, namun kemudian dibatalkan akibat cuaca buruk menurut laporan The New York Times.
Surat kabar AS tersebut mengatakan penundaan terjadi karena cuaca menghalangi pilot dan operator drone Israel untuk memberikan perlindungan udara kepada pasukan darat.
"Invasi awalnya direncanakan pada akhir pekan tetapi ditunda beberapa hari, setidaknya sebagian karena kondisi cuaca," tulis The New York Times mengutip pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya seperti yang dikutip dari RT.
"Hal ini menghalangi pilot dan operator drone Israel untuk memberikan perlindungan udara kepada pasukan darat," lanjutnya.
Serangan darat Israel dikabarkan melibatkan puluhan ribu anggota militer, termasuk unit komando, dan tank yang didukung oleh pesawat tempur, helikopter tempur, drone, dan artileri yang ditembakkan dari darat dan laut.
Tujuan operasi ini adalah penghancuran total kepemimpinan Hamas, yang telah menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007.
Namun, masih belum jelas apakah Israel akan memerintah Gaza atau membentuk pemerintahan baru Palestina jika mereka berhasil menyingkirkan Hamas dari kekuasaan di sana, tulis laporan tersebut.
BACA JUGA:Dapat Pelajaran dari Persib, Persebaya Ingin Memaksimalkan Dua Laga Sisa Putaran Pertama Liga 1
Para perwira Israel yang tidak mau disebutkan namanya mengakui bahwa serangan darat ini bisa memakan waktu berbulan-bulan dan akan menimbulkan banyak korban di pihak mereka, karena mereka harus membersihkan jaringan terowongan bawah tanah Hamas yang luas.
Di sisi lain, Yuri Lyamin, seorang pakar militer Rusia, menyampaikan pandangannya tentang Invasi darat Israel ke Jalur Gaza saat diwawancarai oleh media Rusia, Sputnik.
Lyamin mengungkapkan bahwa mengalahkan pejuang Hamas dalam pertempuran darat akan menjadi tugas yang sangat sulit.
Menurut Lyamin, untuk melancarkan pertempuran di wilayah perkotaan yang padat seperti Gaza, dibutuhkan pasukan yang sangat besar.
Selain itu, IDF tidak hanya akan berhadapan dengan Hamas, tetapi juga dengan kelompok lain seperti Jihad Islam, Front Populer untuk Pembebasan Palestina, dan berbagai milisi kecil yang beranggotakan puluhan ribu pejuang.