BACA JUGA: Bansos PKH Tahap 4 Cair Pertengahan Oktober, Siap-Siap Cek ATM Kamu
”Ada perubahan yang kami rasakan di sini. Sepanjang sungai sudah tertata rapi. Lingkungan lebih bersih dari sebelumnya dan pastinya secara bertahap masyarakat akan berubah. Yang penting itu kami bisa menjaga dan melanjutkan infrastruktur yang sudah diberikan BRI, supaya lingkungan di sini tetap bersih dan masyarakat secara konsisten merawat apa yang sudah kita laksanakan di sini,” imbuh Ety.
Terkait dengan hal tersebut, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengatakan bahwa persoalan sampah terus meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat kota hingga akhirnya masyarakat memilih membuang sampah ke sungai.
”Program ini tidak hanya menata dan membenahi sungai agar menjadi asri dan lestari namun juga memberikan edukasi lingkungan sehat serta memberi solusi dalam mengatasi persoalan sampah dan menggerakkan ekonomi masyarakat,” ungkap Catur.
BRI terus mendorong dan mengedukasi masyarakat Kampung Bali untuk terus menjaga dan melestarikan lingkungan sehingga menjadi kampung percontohan di tengah kota dalam memelihara dan merawat lingkungan.
BACA JUGA: Perwakilan Kedutaan Besar Amerika Datangi Polres Banjar, Temui Bule Amerika yang Habisi Nyawa Mertua
Bersama sejumlah warga Kampung Bali, BRI melakukan giat ”Bersih- bersih kali” dan ”Gerakan Anti Sampah Yok Kita Gas” di Kampung Bali pada Jumat (29/09). Tercatat sebanyak 1.119 kg sampah terangkut, 2,74 KgE CH4 dan 6,78 kgE CO2 tereduksi.
Bantuan Urban Farming BRI Bantu Tekan Angka Stunting
Selain mengelola sampah dan menjaga kebersihan kali, BRI juga menyalurkan bantuan urban farming ”BRInita” bagi warga Kampung Bali. BRInita merupakan konsep bertani dengan memanfaatkan lahan sempit di wilayah padat pemukiman.
Dalam program ini, BRI memberikan bantuan infrastruktur berupa pembangunan fisik seperti rumah tanaman (green house) yang dapat dimanfaatkan warga untuk menanam berbagai macam tanaman sayuran maupun obat-obatan.
Hasilnya, warga Kampung Bali kini bisa memiliki Urban Framing yang menjadi wadah positif bagi warga untuk bertani dan mampu menghasilkan sumber makanan bergizi sehingga dapat menekan angka stunting.
Program ini juga didukung dengan pemberian pelatihan tentang budidaya tanaman hidroponik, pelatihan pembuatan pupuk organik cair vegetatif, pelatihan pengelolaan budidaya Ikan Nila edukasi tanaman Toga (Tanaman Obat Keluarga) dan pembentukan kelompok UMKM KWU Cibaget Lestari.
Hasilnya, tercatat sudah 4 (empat) kali dilaksanakan kegiatan pelatihan dan telah dilakukan panen 20.5 kg hidroponik, 30 kg panen ikan nila, 918 liter panenan ekoenzim siap pakai, penanaman 200 tanaman Toga, olahan produk pertanian dan perikanan, packaging olahan produk serta terbentuknya 2 kelompok UMK.
”Angka stunting di wilayah ini sudah turun dari 47 ke 22. Hasil dari urban farming kami salurkan untuk produk olahan dan kami jual. Begitu juga dengan budidaya ikan, sebagian kami olah untuk makanan, dan sebagian kami jual,” jelas Ety.