Setibanya langsung mereka rusak rumah Tuan Hakim. Sontak saja warga sekitar yang menyaksikan perbuatan murid-murid Abu Nawas kaget.
Warga berupaya mencegahnya. Tetapi gagal karena jumlahnya kalah dengan jumlah murid-murid itu.
Tuan Hakim yang sedang ada di rumah kaget. Buru-buru keluar untuk mencegah.
“Berhenti! Kalian kenapa merusak rumahku?” teriak Tuan Hakim dengan suara gemetar menahan marah.
Tapi teriakannya tidak diindahkan para murid tersebut.
Palu,linggis,martil yang dibawa mereka bergantian menghantam bangunan rumah Tuan Hakim.
“Hey kalian keterlaluan. Siapa yang memerintahkan ini semua?” teriak Tuan Hakim lagi.
“Guru kami Tuan Abu Nawas,” serempak para murid menjawab. Tapi dengan terus melakukan perusakan ke bangunan rumah Tuan Hakim.
Setelah kerusakan rumah itu parah, murid-murid itu berhenti. Lalu bergerak kembali ke rumah Abu Nawas untuk melaporkan tugas perusakan rumah Tuan Hakim sudah selesai.
Tuan Hakim juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kalah jumlah dengan perusak rumahnya.
“Awas ya Abu Nawas. Besok saya laporkan ke Baginda Raja Harun Al Rasyid. Kamu pasti dihukum berat atas perbuatan murid-muridmu ini,” rutuk Tuan Hakim.
Rumah Tuan Hakim rusak cukup berat ketika para murid Abu Nawas menghentikan aksinya.
Besoknya benar saja Tuan Hakim melaporkan apa yang menimpanya kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid.
Baginda Raja Harun Al Rasyid memerintahkan prajurit kerajaan menjemput Abu Nawas.
“Hai Abu Nawas, kenapa kamu hancurkan rumah hakim ini,” hardik baginda raja begitu Abu Nawas sudah ada di hadapannya.
Abu Nawas tersenyum sebelum menjawab. Matanya melirik ke Tuan Hakim yang memasang wajah masam.