Dengan program ini, diharapkan gizi yang dibutuhkan anak-anak stunting terpenuhi dan angka stunting di Kota Tasikmalaya dapat berkurang. Stunting bukan hanya masalah pertumbuhan terhambat, tapi juga dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
Saat ini, angka stunting di Kota Tasikmalaya mencapai 12,22 persen menurut E-PPGBM dan 22,4 persen menurut SSGI.
Pemerintah Kota Tasikmalaya berusaha untuk mencapai target Presiden Jokowi yaitu menurunkan prevalensi stunting secara nasional menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Pemkot Tasikmalaya juga telah melaksanakan berbagai program terkait stunting, seperti One ASN One Stunting, penyusunan indikator kinerja utama tematik stunting yang melibatkan berbagai OPD, dan pemberian makanan tambahan berupa susu untuk balita dan Baduta yang mengalami stunting.
Pembagian susu yag dilaksanakan oleh Pemkot Tasikmalaya sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit.
Pemberian susu ini dilakukan untuk anak-anak yang terdeteksi memiliki gizi kurang dan gizi buruk. Setip anak akn mendapatkan bagian yang berbeda yaitu 3-4 kardus ukuran 400 gram.
Padahal dengan mengkonsumsi makanan tambahan berupa susu ini diharapkan anak-anak yang terdeteksi kurang gizi atau gizi buruk bisa mengalami perubahan pada berat badan.
Biasanya bila konsumsi susu tersebut betul-betul rutin dan sesuai dengan aturan, akan terlihat kenaikan rata-rata berat badan sebesar 500 gram dan tinggi badan sekitar 2 centi meter.
BACA JUGA:Wilujeng Sumping Pelatih Baru Persib Sebentar Lagi Diumumkan, Hore Bos Persib Mulai Blak-blakan
Dari hasil penelusuran petugas Pemkot Tasikmalaya ada beberapa warga yang sudah kedapatan jual susu di medsos, untuk dilakukan pembinaan dn evaluasi agar hal tersebut tidak terulang lagi.
Karena susu tersebut dibagikan secara gratis untuk Baduta Stunting, bukan untuk diperjualbelikan.