Dipilihkan Calpe, arah timur Algeciras untuk pendaratan pasukan. Di kemudian hari nama Calpe diubah jadi Jabal Al-Fatah (Gunung Kemenangan).
Tetapi Calpe akhirnya lebih dikenal dengan nama Jabal Tariq atau Gibraltar.
Begitu mendarat ada kisah sangat melegenda yang menjadi pemantik semangat perang pasukan Thariq bin Ziyad.
Thariq memerintahkan semua kapal dibakar. Dia kumpulkan pasukannya bahwa peperangan ini hanya dua pilihan: menang atau mati syahid.
Sebab sudah ada tempat berlari. Di depan musuh dan di belakang lautan.
Pasukan muslim bukannya ciut malah semangat perangnya meningkat.
Kisah pembakaran kapal ini juga menjadi cerita yang turun-temurun dikisahkan orang-orang Eropa tentang Perang Sidonia atau mereka sebut Perang Lembah Barbath.
Akhirnya mereka berhasil memenangkan pertempuran dan menaklukan Andalusia.
Kota pertama yang ditaklukan saat itu adalah Cartagena dekat Gilbraltar.
Pemimpin perang ke kota itu yang dikirim Thariq adalah Abdul Malik al-Moafir.
Penaklukan berikutnya Algeciras yang kemudian diawasi oleh Abdul Malik al-Moafir sedangkan Thariq meneruskan pertempuran untuk menaklukan kota lainnya.
Kota-kota yang ditaklukan itu Visigoth,Guadalete,Sidonia,Moron,Alcala,Guardaira,Guadalajara,Ecija, hingga Kordoba.
Penaklukan Kordoba Thariq bin Ziyad mengirim Mughyet ar-Rumi dengan 700 pasukan kuda.
Pasukan musuh di Kordoba ada 400 tentara yang tangguh dan kuat. Pertempuran hebat tidak terhindarkan.
Walau akhirnya pasukan muslim berhasil menguasai Kordoba, tetapi sisa pasukan musuh tidak mau menyerah.
Sisa pasukan itu memilih bertahan di sebuah gereja yang memiliki suplai air dari pegunungan.