Kisah Istana Alhambra dan Thariq bin Ziyad Panglima Perang Penakluk Spanyol
RADARTASIK.COM - Kehidupan di dunia ini fitrahnya berpasangan. Istana Alhambra di Andalusia menjadi salah satu buktinya.
Bagaimana di abad belasan itu Istana Alhambra di Andalusia berpindah dari kekuasaan muslim kepada penguasa katolik.
Istana Alhambra di Andalusia awalnya menjadi simbol kekuasaan Islam tempo dulu. Selama 8 abda kekuasaan Islam menggenggam Spanyol.
Tentu istana megah itu tidak mudah dibangun. Ada perjalanan penaklukan hingga akhirnya ada symbol pusat pemerintahan Islam di sana. Kemegahan dan kisah istana ini menginspirasi jadi nama sebuah hotel di Tasikmalaya klik di sini.
BACA JUGA:15 Destinasi Wisata di Tasikmalaya Dekat Tol Getaci
Kalau kekhalifahan Bani Umayyah tidak ekspansi ke Andalusia, tentu Alhambra yang megah tidak pernah ada.
Dihimpun dari berbagai sumber jejak Istana Alhambra di mulai ketika pada musim panas tahun 711 M atau tahun 92 H, kekhalifahan Bani Umayyah dibawah Khalifah Al Walid, menyetujui permohonan gubernur wilayah Afrika Musa bin Nusayr.
Musa bin Nusary sebelumnya diperintah khalifah melakukan serangan dengan pasukan kecil. Baru setelah itu dia diizinkan melakukan penyerangan dengan kekuatan besar.
Gubernur Musa bin Nusary menugaskan panglima Thariq bin Ziyad berangkat menuju Al-Andalus.
Panglima Thariq tanggal 29 April 711, mendaratkan pasukannya di Gibraltar.
Thariq memimpin sebanyak 12.000 pasukan yang didominasi bangsa Berber yang ahli perang.
Dari pasukannya itu hanya 300 orang merupakan bangsa Arab.
700 orang pasukannya berasal dari bangsa Afrika.