Kabayan memang sudah mengangkat karung itu. Memikulnya di pundak sambil nyengir menahan tawa.
Kabayan sudah membayangkan bagaiman reaksi Abah nanti ketika dia kerjain.
Kabayan berjalan keluar dari kebun menuju arah pulang.
“Aduh, berat juga ini karung. Ampun Abah, kok banyak-banyak banget ngisi kacangnya,” gerutu Kabayan.
Abah senyum-senyum saja merasa menang.
Tiba-tiba,”Blug!”
Rupanya Kabayan menurunkan karungnya sekaligus ambil berujar.
“Aduuuh beraaaat.”
Abah menahan rasa sakit di badannya. Takut ketahuan Kabayan.
“Karungnya terlalu berat kalau dipikul. Lebih baik diseret saja,” suara Kabayan keras.
Abah kaget.
“Celaka. Menantu borokokok mau seret karung,” bisik Abah dalam hatinya.
Tak lama karung bergerak diseret Kabayan.
Abah masih menahan diri walau badannya Mulai kesakitan.
“Kabayan stop!” akhirnya Abah teriak saking tak tahan.
Dasar Kabayan menantu borokokok malah mempercepat langkahnya.