Ini sebaliknya malah membuat kacau suasana gaduh. Dirinya sebagai tuan rumah merasa dipermalukan.
“Maaf Tuan Abu Nawas, kenapa tuan berbuat seperti itu?" te”urnya masih dengan bahasa halus. Maklum dia kalah level dengan penasehat khusus Baginda Raja itu.
Abu Nawas memandang pejabat kerajaan itu. “Maaf tuan. Tadi saya sebenarnya sudah datang ke sini tapi belum sempat bertemu tuan,” Abu Nawas menjelaskan.
Lanjut Abu Nawas,”Ketika pertama saya datang, semua yang tuan undang tak berkenan atas kehadiran saya yang pertama.”
“Kali kedua saya datang dengan pakaian lebih mewah dari mereka, juga embel-embel kerajaan ini tuan lihat sendiri. Dari pintu masuk sampai saya duduk semua orang memberi hormat,” kata Abu Nawas sambil menunjukkan tanda khusus atribut dari Baginda Raja.
“Ternyata yang mereka hormati bukan manusia. Tapi pakaian kain ini dan segala simbolnya. Maka yang berhak untuk menikmati hidangan-hidangan lezat dan mewah ini bukan manusia. Jadi saya berikan ke pakaian ini,” tegas Abu Nawas sambil berlalu pamit pulang.
Suasana hening. Tuan rumah kenduri dan para tamu undangan terdiam dan menunduk. Terutama para tamu mereka sangat merasa malu atas sikapnya di awal kepada Abu Nawas.