Dulu banyak juga buruh dari Sumedang. Itu ditandai adanya bus pabrik yang setiap hari antar jemput buruhnya ke wilayah Sumedang kota.
Begitu juga dengan lembaga pendidikan. Kawasan Jatinangor yang jadi pengembangan banyak kampus besar.
Seperti ITB, Unpad STPDN, Ikopin, Umwim. Di kawasan itu yang dulunya sepi menjadi daerah keramaian baru.
BACA JUGA: Mie Instan Dilarang di Taiwan, Indofood Beri Tanggapan Begini
Bisnis berkembang di Jatinangor mulai tempat kos mahasiswa, apartemen, hotel, rumah makan dan usaha lainnya.
Pesatnya kemajuan di wilayah Jatinangor membuat daerah itu seperti asing dengan induknya. Tidak ada rasa Sumedangnya. Jatinangor seperti tercerabut dari induk, tumbuh dengan identitasnya sendiri.
Hingga hadirlah proyek mega raksasa seperti pembangunan Waduk Jati Gede di Wado, Bandara Internasional Kertajati di Majelengka dan Tol Cisumdawu.
Terutama Tol Cisumdawu paling terasa dampaknya. Tol ini vital untuk menghubungkan Bandung ke Bandara Internasional Kertajati.
BACA JUGA: SIS Umumkan Harga Suzuki V-STROM 250SX, Simak Keunggulan Motor Sport Adventure Terbaru
Bandara pengganti Bandara Internasional Soekarno Hatta yang masuk ke Provinsi Banten pasca Provinsi Jawa Barat mekar.
Bandara Kertajati yang dibangun dalam dua periode kepemimpinan Gunernur Ahmad Heryawan itu memang menyisakan akses yang belum terkoneksi.
Yaitu antara Bandung dengan Tol Purbaleunyi dan Cirebon dengan Tol Cipali. Era Gubernur Kang Emil akses yang tertunda itu dilanjutkan dan selesai.
Selama pembangunan Tol Cisumdawu Kota Sumedang yang sunyi terusik. Deru alat berat siang-malam memecah keheningan kota.
BACA JUGA: Pengusaha Bus dari Tasik Ini Bangun Pool Khusus untuk Ribuan Bus Miliknya
Bukit-bukit diratakan. Sawah-sawah ditimbun, pepohonan ditebangi demi terbuka akses baru.
Dari Tol Cisumdawu orang-orang Sumedang banyak yang mendapat keuntungan.