Hasilnya, jelas dia, hampir 80 persen efektif gerakan Satgas Tasik Resik ini. Karena di TPS-TPS ilegal itu warga sudah tak membuang ke sana.
"Tapi hal itu belum menyelesaikan permasalahan. Karena hanya memindahkan dari TPS ilegal ke TPS legal atau ke TPA Ciangir," jelasnya.
Jadi, menurut dia, memang belum mengurangi volume sampah harian. Maka Satgas berfikir membantu DLH melakukan upaya mengurangi sampah.
"Maka dari jumlah harian 319 ton sampah efektif 200,83 ton terangkut DLH. Sisanya 119 ton itu belum terangkut. Tapi ini menjadi tugas kita bagaimana berupaya untuk mengurangi yang belum terangkut," katanya.
BACA JUGA:Jumlah Perempuan di Ciamis Lebih Mendominasi
Yaitu, ucap dia, menanggulanginya dari hulu sampah ke hilir. Yaitu dari rumah tangga diupayakan sudah dipilah sampah organik dan non organik.
"Sampah non organik misalnya botol plastik, kaleng, besi dan lainnya dipilah. Nanti itu masuk ke bank sampah dan dijual. Makanya kami libatkan seluruh PNS dalam hal ini dan diwajibkan menjadi nasabah bank sampah," ucapnya.
Tukas dia, untuk sampah organik itu kebanyakan sisa-sisa makanan. Maka itu diarahkan ke 2 hal. Yaitu dijadikan bahan budidaya maggot atau jadi bahan pembuatan kompos.
"Karena saat ini budidaya maggot itu sekilonya yang basah dihargai Rp6.000. Kalau yang kering bisa sampai Rp 70.000 per kilogram. Silahkan jika ada masukan-masukan dari teman-teman mahasiswa," tukasnya.
BACA JUGA:KAKANG RUDIANTO Penerus Legenda Hidup Persib Robby Darwis, Ini Persamannya
Diakui dia, selain hal tersebut masih ada yang jadi kendala yaitu kekurangan armada pengangkut. DLH hanya memiliki 28 unit dump truk, 13 unit butuh perbaikan, 4 unit ambrol, 1 truk engkel, 2 pikap, dan 26 kendaraan roda tiga.
"Kita mengakui hal itu, kekurangan armada. Maka, Pak Pj seperti hari ini sedang berupaya mencari kekurangan armada itu. Seperti mendatangi Kementerian LH. Kemudian ke Pemprov DKI. Khususnya ke DKI ini intinya pemerintah di sana akan memberikan hibah alat berat untuk angkutan sampah," paparnya.