Senyum Tulip

Senin 09-01-2023,05:30 WIB

Tanggal 30 Desember sang anak ditangkap.

Seminggu setelah pembunuhan itu, Byran berulang tahun ke-29.  Menurut kesaksian teman dan dosen di Pullman, belakangan Bryan tampak kusut dan lebih cerewet. Selebihnya ia biasa-biasa saja. Begitulah laporan media di sana. 

Ia juga masih bisa mengemudikan mobil jarak jauh. Tidak ada keterangan Bryan menceritakan pembunuhan itu ke sang ayah. Tapi rasanya sang ayah pasti membicarakan pembunuhan itu. Ini berita sangat besar. Semua orang membicarakannya.

Tanggal 5 Januari 2022 Bryan dikirim ke Idaho. Langsung masuk tahanan. Kemarin ia mulai disidangkan di pengadilan Moscow.

Hakim menjelaskan kepada Bryan: tuduhan yang diarahkan kepadanya akan bisa berakibat ia dihukum seumur hidup bahkan dihukum mati. "Apakah Anda tahu itu?" tanya hakim. "Ya, tahu," jawab Bryan yang sudah mengenakan rompi oranye.

Setelah itu pengadilan masih harus menunggu: bagaimana sikap Bryan. Apakah ia mengaku bersalah atau tidak.

Kalau ia mengaku bersalah, tidak perlu ada sidang pengadilan. Hakim langsung memutuskan  hukuman apa yang dijatuhkan pada Bryan.

Sebaliknya, kalau Bryan mengaku tidak bersalah barulah peradilan disiapkan. Harus dibentuk dulu tim juri. Biasanya terdiri dari 12 orang. Mereka warga biasa di Idaho. Khususnya di Moscow dan sekitarnya.

Dewan juri itu yang akan menyaksikan jalannya sidang. Terutama perbantahan antara jaksa, terdakwa, pengacara, dan hakim. Lalu para juri juga mendengarkan keterangan para saksi. Juri tidak punya hak bertanya kepada terdakwa. 

Setelah sidang selesai, juri  bersidang. Di situlah diputuskan  Bryan bersalah atau tidak. Bukan hakim yang memutuskan.

Kalau dewan juri menyatakan Bryan bersalah, hakim tinggal memutuskan berapa hukumannya. Kalau juri menyatakan tidak bersalah, hakim membebaskannya.

Kalau sebelum sidang itu Bryan sudah menyatakan bersalah, maka kita sulit berharap mengetahui apa motif pembunuhan ini. Padahal  motif memainkan peran penting dalam urusan pidana. Mestinya tuduhan jaksa sudah menyertakan motif itu. Tapi belum terungkap ke publik.

Memang ada pengakuan saksi yang sangat menarik. Yakni dua mahasiswi yang tinggal di kamar lantai 1. Keduanyi selamat. 

Sabtu malam itu mereka pesta. Pulang ke rumah kontrakan sudah Minggu dini hari. Tidak langsung tidur. Yang satu menghubungi mantan pacar. Lewat HP. Sampai lebih 10 kali. Tidak tersambung. Yang satu lagi menghubungi pacar. Beberapa kali. Juga tidak tersambung. Fakta ini menyelamatkan pacar dan mantan pacar itu dari tuduhan pembunuhan.

Sekitar pukul 03.00 salah satunyi tidak bisa tidur. Ia mendengar suara wanita dari kamar lantai 2. Berarti suara Xana Kernodle. "Di sini ada orang lain," Begitu suara yang samar-samar dia dengar. Dia pun membuka pintu kamar. Gelap. Dia lantas mendengar suara laki-laki. "Ini semua ok. Saya akan menjagamu," suara laki-laki itu. Juga samar-samar.

Dia tahu di kamar lantai 2 itu Xana tidur bersama pacarnyi: Ethan Chapin. Sama-sama 20 tahun.

Kategori :