Saya ungkapkan rasa dengan Bahasa Sunda. "Bray..." Ya. di layar HP terlihat Kakbah. Awalnya kurang jelas. Makin fokus makin bray. Alhamdulillah. Sepuluh tahun silam saya ada di sana. Teringat awal melihat kakbah. Air mata tiba-tiba nyurucud. Ada gejolak rasa yang sulit dinarasikan. Ada rasa seperti beban yang lepas.
"Ayo pak," suara Hakim menyadarkan saya..Mengingatkan tujuan saya untuk berdoa. Di kamera tampak banyak jamaah umrah. Mayoritas berpakaian ikhram. Putih. Mungkin yang akan, sedang atau sudah selesai umrah.
"Ya, kita berdoa," ajak saya ke Sandy, juga istri yang duduk di samping saya.
Malam itu, saya pilih bersimpuh di atas sajadah bercorak kakbah. Sajadah dari Dr Hj Nia Tresnawati SH SPI, untuk mengenang ayahandanya Drs H.U. Erisyadi bin Wikarma. Yang wafat 8 November 2022 lalu.
Saya berdoa. Agar Allah SWT mengampuni dosa kita. Membimbing kita jalani hidup di dunia ini. Memudahkan segala urusan. Membukakan jalan keluar dari kesulitan.
Tadi malam. Saya berdoa banyak sekali. Tapi tidak terkatakan. Diwakili lelehan air mata. Isak tangis bahagia. Bisa menatap baitullah.
"Ya Allah. Ampuni dosa kami semua. Kumpulkan kelak kami di surga-Mu. Semoga Hakim dan keluarga meraih mabrur. Aamiin."
Sambungan video call saya sudahi. Saya lihat mata Sandy juga sembab. Juga istri saya. Sekilas, suara Hakim juga dareuda. (*)