Jika menggunakan bahan bakar BBM untuk 30 km akan menghabiskan BBM 1 liter. Misalnya, Pertalite dengan harga Rp10.000.
Jika diganti dengan motor listrik hanya memerlukan daya listrik 1 kilo watt yang harganya Rp1.600.
”Jangan lupa juga motor BBM setiap tahun harus ganti oli, itu kurang lebih Rp2-2.5 juta per tahun, dengan motor listrik hal itu tidak ada lagi,” ungkap Arifin.
Selain penghematan, keuntungan lain adalah penurunan emisi CO2 yang tentunya sejalan dengan target net zero emission (NZE) pada tahun 2060.
Jika 140 juta unit seluruh kendaraannya diganti dengan listrik, maka dapat mengurangi emisi 100 juta ton CO2 tiap tahun.
”Target kita 2060 emisi kita bisa nol, kita bisa pakai semua potensi energi baru yang ada di seluruh Indonesia,” ujar dia usai konvoi motor listrik, Selasa 20 Desember 2022.
Arifin meyakini program motor listrik ini akan menimbulkan efek berganda di sektor lainnya, seperti manufaktur hingga pertumbuhan bengkel-bengkel motor listrik.
”Saya yakin, kalau kegiatan ini bisa jalan, kegiatan ekonomi juga akan meningkat, mulai dari bengkel, manufacturing pabrik-pabrik yang membuat komponen motor listrik akan bergerak semua dan ini produksi Indonesia,” ujar Arifin.
Sementara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan merupakan suatu kebanggaan menggunakan kendaraan listrik karena hal tersebut merupakan suatu keharusan dan bukan sebuah pilihan.
”Motor listrik itu keren, enak banget tidak ada suaranya, kenceng dan bisa ngebut,” ujar Budi.
Budi mengungkapkan, salah satu faktor pendorong bagi masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik adalah bahan bakar yang ramah lingkungan.
”Bahan bakar fosil, BBM, itu kita tinggalkan, jadi sesuatu yang luar biasa. Idealisme itu salah satu faktor yang membuat masyarakat beralih ke EV (electric vehicle),” kata dia.
BACA JUGA: Unilever Indonesia Buka Lowongan Kerja Terbaru Lewat Program ULIP, Fresh Graduate Bisa Melamar Loh
”Faktor lainnya, energi yang lebih bersih, penghematan 75% per hari untuk pengeluaran bahan bakar dan untuk negara tentunya akan mengurangi besaran subsidi,” kata Budi.