Saya rasa Pak Johan sudah tahu, bahwa manusia punya tanggung jawab "memayu hayuning bawono" atau pun "menyebarluaskan kebajikan" atau pun - dalam terminologi bahasa agama samawi - "menegakkan Tauhid/ Keesaan Allah." Saya berkomentar karena ada kolom komentar dan ada yg perlu saya komentari, dan jg sudah dijelaskan bahwa Anda (siapa pun Anda) boleh setuju atau pun tidak. Saya melakukan yang perlu dilakukan dalam komentar saya dg 'cara & gaya bahasa saya', adapun tanggapannya terserah Anda masing-masing. Gitu aja. Salam. Rahayu.
Pryadi Satriana
Keyakinan yang mendasari praktik ciamsi adalah "meminta petunjuk ilahi". Semua yang terkait ciamsi adalah rekayasa manusia. "Bermain-main dengan setan yang menyaru!" Neymar menangis sedih karena Brasil tersingkir dari piala dunia 2022. Saya sedih - walaupun saat ini ndhak menangis - karena Dahlan Iskan "membawa jamaah Disway dalam kemusyrikan." Dahlan Iskan iku "ndendheng pol" - wuangel dikandani. Mugo2 ndhang sadar sebelum ajal menjemput. Aamiin. Salam. Rahayu.
yea aina
Buncis enak kalau dipake lalapan/ Memang pening dikala puan pede diusung/ Bisnis tidak perlu segede gaban/ Yang penting ada cuan segede gunung/ @mantuncuan
Leong putu
Iwak teri sayur sawi/ Ada buncis juga kemiri / Cerita ngeri ngunung kawi / Penuh mistis juga misteri / .... 365_ mantun gunung.
Johan
"Jalan kesuksesan ada di tangan anda sendiri, bukan di gunung Kawi." Ini komentar bapak angkat saya dulu, ketika saya mengutarakan niat mau ke gunung Kawi untuk "memohon" kesuksesan, tentu kesuksesan dalam maksud menjadi lebih kaya dan makmur. Ini mengingatkan saya pada sebuah bacaan, sesepuh bangsa Tionghoa zaman dulu memiliki semboyan: Ming zai wo bu zai tian (命在我不在天). Artinya kurang lebih: Takdir ada di tangan kita sendiri, bukan di tangan mahluk adi kodrati. Semboyan ini tidak bisa disimpulkan bahwa sesepuh itu anti atau tidak percaya takdir Tuhan. Karena dari konsep ketuhanan saja mereka sudah berbeda dengan konsep dari agama samawi. Pandangan hidup seperti itu mengartikan seseorang harus mandiri dalam menghadapi gelombang dan problematika hidup, beserta tujuan apa yang ingin dicapai, yang sesuai kemampuan diri. Tingkat kemampuan menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang akan menjadi pembeda tingkat kualitas seseorang. Ini sebagai kritik terhadap orang yang "memanipulasi dan bersekongkol" dengan "mahluk adi kodrati" demi menghapus karma buruk, menyelewengkan hakikat untuk kepentingan pribadi. Ini yang banyak terjadi, dari zaman dulu sampai zaman kini. Hidup itu sederhana, yang tidak sederhana itu adalah keinginan.
Johan
Aktivitas rohani tidak harus melibatkan rasionalitas. Apakah kegiatan berdoa dan sembahyang itu rasional? Ini bisa diperdebatkan. Ada yang mengaku bisa merasakan kehadiran Tuhan, ada yang merasa tidak. Ini tidak harus dipertentangkan. Karena itu paling baik adalah saling menghargai keyakinan masing-masing. Bagi umat kelenteng, ciamsi dirasakan berguna dan bermanfaat. Ciamsi sebagai jembatan komunikasi antara umat yang membutuhkan dengan Tuhannya. Bagi yang tidak percaya, ciamsi itu tidak berguna, atau bahkan bersekutu dengan setan. Bebas saja. Tapi alangkah eloknya jika semua umat beragama bisa saling menerima perbedaan, tanpa harus ikut campur ke dalam urusan keyakinan masing-masing.
Pryadi Satriana
Darimana Pak Johan tahu itu aktifitas 'rohani' (yg melibatkan 'roh') dan bukannya aktifitas 'pikiran' yg berusaha 'mencari-cari jawaban atas permasalahan hidup' dg cara2 yg 'direkayasa oleh pikiran itu sendiri'? Saya mengikuti 'cara berpikir' dan 'terminologi' Anda: konsultasi! Anda paham arti 'konsultasi'? Saya anggap "konsultasi" ke ciamsi itu absurd. Kalau menurut Anda "it's okay", "just go ahead." Salam. Rahayu.
Johan
Mengenai praktik ciamsi, ini pada dasarnya hanya sebagai "sarana konsultasi", bukan sebagai arana meramal masa depan. Orang yang sudah mendapatkan "konsultasi" diharapkan akan lebih mempersiapkan diri untuk maksud tujuan yang ingin dicapainya. Masih ingat dulu, saya pernah menemani seorang anak muda yang lagi galau. Dia menyukai wanita teman kantornya. Tapi ragu ingin mendekatinya. Niat mencari kepastian untuk masa depan dengan si wanita, maka dia ajak saya ke kelenteng untuk ambil ciamsi. Kertas ciamsi yang didapatkannya tergambar seorang pemuda yang sedang berbaring di alam terbuka, sambil memandang bulan. Tulisannya apa saya kurang ingat. Yang menarik disini adalah penafsirannya. Saya tafsirkan anak muda itu kurang berusaha. Sama seperti anak muda yang digambar kertas ciamsi. Makanya nasibnya hanya seperti orang yang mengagumi keindahan bulan tapi tidak bisa menjangkaunya. Tapi belakangan saya baru tahu. Wanita yang disukai anak muda itu ternyata adalah "simpanan" seseorang yang punya kedudukan, di top management perusahaan tempat anak muda itu bekerja. Nah ini juga juga tepat menggambarkan hasil ramalan kertas ciamsi itu. Wkwkwk
mahfud huda