KOTA TASIK, RADARTASIK.COM - Sampah. Sampah di Kota Tasikmalaya menumpuk di mana-mana. Kebanyakan sampah rumah tangga. Sampah yang berasal dari sisa makan juga sisa-sisa kemasan.
Bank Indonesia Tasikmalaya mengajak masyarakat untuk gelorakan Zero Waste, dimulai dengan kelola sampah dapur jadi kompos atau pupuk organik.
Ketua Persatuan Istri Bank Indonesia Tasik (PIPEBI) dan Ikatan Wanita Bank (IWABA) Priangan Timur, Sitaresmi Aswin, menyampaikan rasa bahagianya atas peran serta ibu-ibu yang ada di wilayah Priangan Timur untuk ikut serta mengolah sampah dari rumah.
Sita berharap ke depannya ada gerakan-gerakan bersama di masyarakat yang betul-betul memberikan dampak dan manfaat bagi masyarakat banyak. Salah satunya melalui gerakan pengelolaan sampah dapur yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Sehingga dapat meningkatkan urban farming yang juga bisa berdampak baik terhadap daya beli masyarakat.
BACA JUGA:Kantor Bank Indonesia Tasikmalaya Mendadak Ramai Jadi “Pasar”, Ibu-Ibu Belanja Murah Pakai QRIS
Sementara itu, pemateri tentang pengelolaan sampah, Novi dari No Organic Waste (NOW), bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sampah dapur diantaranya menghabiskan makanan, berbagi dengan sesama, memberikannya ke binatang, biofuel, kompos dan terakhir dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Namun akan lebih baik sampah dapur diolah menjadi kompos agar lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi untuk ketahanan pangan.
Tidak hanya workshop saja, kegiatan yang dihadiri oleh ibu-ibu dari wilayah Priangan Timur ini diisi juga dengan praktik pembuatan kompos. Selain itu ada juga bazar aneka sayuran dari berbagai kelompok wanita tani juga sosialisasi tentang QRIS.
Ketua TP PKK Kota Tasikmalaya, Dwi Wahyuni yang hadir di acara kemarin menyampaikan harapannya, bahwa apa yang sudah dipelajari oleh para ibu yang hadir kemarin dapat diaplikasikan dan juga disebarluaskan di lingkungan masing-masing.
BACA JUGA:Zero Waste untuk Selamatkan Lingkungan, Bank Indonesia Ajak Ibu-Ibu Mengolah Sampah di Rumah
Ada dua hal yang menarik, kata Dwi, yaitu kaitan dengan pengolahan sampah dapur menjadi pupuk organik untuk mendukung urban farming, kemudian yang kedua adalah pemanfaatan QRIS sebagai salah satu alat transaksi digital.
“Masalah sampah tidak hanya di Kota Tasik saja, hampir di semua daerah muncul persoalan sampah. Dengan tidak dikelolanya sampah saat ini, maka dampaknya akan dirasakan oleh anak cucu kita nanti, untuk itu melalui ibu-ibu yang hadir hari ini, mari kita memberikan edukasi pengelolaan sampah sejak dari rumah,” tegasnya.
Dwi juga berpesan edukasi tentang sampah bisa dimulai dari anggota keluarga di rumah. Dari satu orang sudah peduli dengan mengolah sampah, setidaknya akan mengurangi sampah yang dihasilkan.