"Manajemen itu mudah. Ngapain ambil manajemen," celetuk saya.
"Yang sulit apa?“ tanyanya.
"Yang sulit itu marketing. Manajemen tidak bisa marketing tidak ada gunanya," jawab saya.
Setahun kemudian saya ke Sacramento lagi. Belum saya tanya anak saya bilang: "Saya sudah pindah ke marketing".
Hermawan sudah identik dengan marketing. Ia sudah jadi ikan besar marketing di Surabaya. Tapi Surabaya itu ibarat kolam kecil. Yang disebut kolam besar adalah Jakarta. Surabaya memang kota terbesar kedua setelah Jakarta, tapi kedua yang jauh. Kota terbesar kedua yang sebenarnya masih Jakarta. Nomor tiganya masih Jakarta. Pun nomor 8-nya. Surabaya itu nomor 10. Nomor 9-nya Bekasi atau Tangerang. Secara ekonomi.
Maka Hermawan itu ibarat ikan besar di kolam kecil.
Untuk bisa lebih besar ia harus mencari kolam besar. Ia pun pindah ke Jakarta.
Laris. Sukses.
Ia beredar luas di Jakarta dengan gaya bicaranya yang masih medok Suroboyo. Ia arek Suroboyo asli. Arek kampung Suroboyo. Dengan bahasa Surabayanya yang sulit dihilangkan. Ia memang Tionghoa tapi sudah turunan keenam lahir di Surabaya. Bahasa Indonesia khas Surabaya. Apalagi Mandarin. Ia tidak bisa.
Lama-lama ia kokoh di Jakarta. Ia melahirkan acara tahunan yang legendaris di Jakarta: Marketer of The Year. Ia pilih siapa tokoh yang pantas dinobatkan sebagai ''Marketer of the Year;' tahun itu. Tiap sektor usaha dipilih satu tokoh. Lalu ada ''juara umum''-nya. Setiap pemenang menjadi juri untuk pemilihan tahun berikutnya.
Saya pernah terpilih mendapatkan predikat itu di tahun kedua saya menjadi dirut PLN. Program satu hari satu juta sambungan mendapat perhatian dari sisi marketing. Maka tahun-tahun berikutnya saya jadi juri. Minggu lalu saya hadir di penjurian untuk pemilihan tanggal 8 Desember depan.
Rapat itu dilakukan di kantor MarkPlus Jakarta. Miliknya sendiri. Ia sudah punya aset sangat berharga di Jakarta. Yakni di salah satu lantai di gedung perkantoran Casablanca City. Luas sekali. Sibuk sekali. Bonafide sekali. Ikan besar itu kini sudah lebih besar lagi di kolam yang besar.
Tentu Hermawan akan mewariskan MarkPlus kepada dua anaknya, putra dan putri. Tapi yang putri terlihat lebih asyik di dunia meditasi. Dia telah jadi guru meditasi yang punya banyak pengikut.
Apakah wasiat cadaver itu juga bagian dari marketing? Tentu. Ia belakangan tidak henti-hentinya mengampanyekan cadaver. Maka, wahai calon mahasiswa kedokteran, jangan heran kalau suatu saat nanti Anda membedah mayat Hermawan, banyak Anda temukan huruf M di semua organnya. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Pada Tulisan: Buntut-Buntut
Leong putu