"Dipengaruhi oleh fenomena atmosfer global, regional ataupun lokal,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam pernyataan tertulisnya, Jumat, 14 Oktober 2022.
Menurut Dwikorita Karnawati, periode 15-21 Oktober diprediksi potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang terjadi di 24 provinsi.
Potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi di seluruh provinsi di Pulau Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara, kemudian Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
Lalu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.
Dwikorita Karnawati juga mengatakan, untuk periode 15-16 Oktober 2022, berdasarkan prakiraan berbasis dampak, wilayah yang berpotensi terdampak hujan lebat dengan kategori siaga.
Yaitu berada di sebagian wilayah Aceh, sebagian wilayah Sumatra Utara, (dan) sebagian wilayah Riau.
Dwikorita Karnawati juga menngingatkan adanya potensi pasang maksimum yang perlu diwaspadai.
Antara lain di wilayah Pantai Utara DKI yang terjadi pada pukul 10.00-15.00 WIB.
Termasuk Pantai Belawan pada pukul 04.00–10.00 WIB.
Kondisi itu berpotensi menghalangi aliran air permukaan atau air hujan dari darat ke laut.
"Sehingga dapat mengakibatkan genangan atau banjir rob di pantai,” beber Dwikorita Karnawati.
Selanjutnya, BMKG juga menyampaikan potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada tanggal 15–21 Oktober 2022.
Gelombang dengan kategori tinggi (2,5 – 4,0 meter) berpotensi terjadi di Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Natuna, perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat Kepulauan Nias, perairan Pulau Enggano–Bengkulu.
Begitu juga dengan perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatra, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Timur.
Juga, Selat Bali–Lombok– Alas bagian selatan, perairan selatan Bali hingga Pulau Sumba, Samudra Hindia selatan Banten hingga Pulau Sumba.
“Sebagian kecil wilayah di Pulau Sumba dan di Kupang, hingga saat ini sudah lebih dari 60 hari mengalami hari tanpa hujan. Untuk itu, perlu diwaspadai potensi kekeringan dan kebakaran lahan,” kata Dwikorita Karnawati.