”Kalau ini uang saya pakai buat nikah sama orang lain gimana?”
”Tak apa-apa. Itu kan uang buat kita menikah, atau salah satu dari kita, kalau ada lelaki lain yang lebih baik, kami bisa terima dia, pakai saja uang itu,” kataku. Saya mengatakan itu dengan maksud melucu, bercanda. Inayah malah menangis.
Sehabis rapat pagi di kantor, Bang Eel bicara soal rencana pernikahannya. Ia sudah membawa Nenia bertemu dengan Ustad Samsu. Bang Eel cerita tentang Nenia yang bekerja di Bluebeach Resort. Saya tak menunjukkan bahwa saya sudah tahu tentang hal itu. Ia cemas. ”Kalau minta dia cari kerja di tempat lain. Kembali ke Nagata Plaza masih diterima dia,” kata Bang Eel.
Ketika bertemu Nenia di Bluebeach dia juga bilang ingin pindah dari situ. Tapi bekerja di Bluebeach memang menggiurkan, penghasilan di luar gajinya berlipat-lipat. Ada bonus mingguan dari pengelola kasino. Ada tips besar dari tamu yang datang berjudi. Uang panas.
Yang dicemaskan Bang Eel adalah perjudian itu. Dari Nenia, katanya, dia tahu ratusan orang dari seberang tiap malam berjudi di sana. Miliaran omzetnya tiap malam. Yang dicemaskan Bang Eel adalah persaingan antarpreman yang berebut lahan pengaman. Selama ini pengelola Bluebeach memberi kesempatan pada beberapa kelompok, secara garis besar terbagi dua, yang masing-masing dibekingi oleh polisi dan TNI.
”Makin ramai judinya, makin panas persaingan kelompok preman. Apalagi ada pengacara yang ikut bermain,” kata Bang Eel.
”Kita bikin liputannya, Bang?” tanyaku.
”Suruh reporter kita amati dulu. Ferdy atau Nurikmal. Kumpulkan bahan. Kalau benar-benar ada kejadian kita tak usah tahan-tahan lagi,” kata Bang Eel. Saya teringat amplop-amplop uang yang saya simpan di laci meja. Bang Eel bilang itu jatah saya tiap kali memberikannya ke saya. Saya pernah bertanya itu uang apa dan dari siapa, ia hanya bilang ambil saja. Saya kira itu uang jatah wartawan dari judi itu. Saya tak pernah memakainya. Saya tak pernah buka berapa isinya. Saya berikan uang itu pada wartawan yang memerlukan. Saya berikan pada Ferdy ketika istrinya melahirkan, atau ketika Yon minta tambahan uang muka kredit rumah, juga ketika Nurikmal ambil motor second hand. Saya bilang itu titipan Bang Eel.
Ketika saya bertemu Nenia di Bluebeach, dia menceritakan juga soal persaingan memperebutkan jasa pengamanan. Selama ini kelompok yang dibekingi polisi yang paling berkuasa. Kelompok yang dibekingi tentara belakangan makin kuat dengan bergabungnya beberapa kelompok baru. Ia menyebut geng Terpedo, di antara yang paling menonjol.
Dari Nenia, saya juga mendapatkan cerita tentang Putri yang semasa hidup sering ada di kasino di Bluebeach.
”Main dia?” tanya saya.
”Kadang main juga. Tapi seringnya menemani orang, mungkin rekan bisnisnya.”
”Sama suaminya?”
”Kata teman-teman di sini jarang. Seringkali malah sama, nah ini, kamu pasti nggak menyangka, sama Kapolresta,” kata Nenia.
”Serius?”
”Semua orang di sini cerita begitu. Apalagi setelah kejadian pembunuhan dan kasus mobil bodong itu,” kata Nenia. ”Tanya Bang Jon, deh. Dia sudah lama tahu. Dia kan sering juga ke sini. Dia mungkin pernah lihat mereka di sini…”