Siapa membunuh Putri (26) - Bluebeach Nenia

Rabu 28-09-2022,05:30 WIB

”Kayaknya itu orang-orang AKBP Pintor,” kataku pada Yon. 

”Yang dua orang itu anggota tim pengacaranya,” kata Yon, menunjuk orang yang dimaksud. 

Kami berselisih di pintu keluar. Seorang di antaranya mengenali saya. 

”Wah, ini dia si wartawan hebat kita,” katanya.

”Oh, ini dia Abdurrauf itu ya?” kata temannya. Jarang sekali sekali orang menyebut bahkan sekadar tahu nama lengkapku. Cara dia menyebut nama saya dengan nama lengkap seakan mau bilang bahwa dia telah mencari informasi banyak tentang saya. 

”Ah, mau kemana, Bung? Kita minum-minum dululah. Laku kan koran kalian hari ini?”

”Sudah dari tadi, Pak,” kataku. ”Terima kasih.” Saya mengendus aroma tak enak, panas dan berbahaya. Apalagi dia menyinggung soal koran. Terbakar juga emosi saya. 

Seorang menarik lengan saya dengan kasar. Saya menepis. Nyaris terjatuh. Mereka tertawa-tawa. Seseorang mendorong saya. Yang lain menjegal kaki saya. Kali ini saya benar-benar terjengkang. 

”Belum minum kok sudah mabuk,” kata orang yang mendorong saya tadi. Mereka terus tertawa. Saya tak kenal siapa. Seperti preman. Tampangnya kasar dan lengannya bertato.

Keributan di pintu masuk itu sedikit mengganggu pengunjung. Sekuriti kafe datang menertibkan kami. Si preman mendorong sekuriti itu. ”Hei, kau jangan ikut campur. Ini urusan saya dengan si wartawan sok hebat ini...,” katanya.

Dua sekuriti lain datang menyeret si preman keluar. Dia berteriak-teriak marah. Tapi teriakannya terdiam ketika seorang menghantam mulutnya. Si preman terempas, terlepas dari pegangan sekuriti. Keributan seakan pindah ke luar kafe, ke samping hotel.

”Abang Dur tak apa-apa?” kata Edo. Baru saya kenali si pembungkam preman tadi adalah Edo. Beberapa orang berdiri siaga seperti mengawal Edo. Ada tato ”Terpedo” di lengan mereka. Aduh, bisa jadi panjang urusannya. 

”Ngapain kamu, Do? Siapa suruh kamu pukul dia?”

”Maaf, Abang Abdur. Ini teman-teman saya mereka ada kerja di sini. Willy tadi kenal orang-orang yang tadi baru masuk. Orang-orangnya polisi tersangka itu,” ia menunjuk lelaki berkumis dengan kaus ketat.

”Kami takut dia ganggu Abang Abdur,” kata si Willy. ”Ternyata betul.”

”Makanya tadi kami masuk, susul ke sini,” kata Edo.

Kategori :