Siapa Membunuh Putri (22) - Putusan Sela

Sabtu 24-09-2022,05:10 WIB

”Apa kabar Suriyana, Mas?” tanya Inayah.

Saya agak terkejut. Terdiam dan sejenak kami bertatapan. 

”Eh, salah ya? Boleh tanya kabar dia, kan?”

”Boleh. Dia kayaknya baik-baik saja tuh...”

”Kok kayaknya?”

”Ya, karena dia tak pernah mengabari apa-apa lagi, setelah malam itu...”

Sejenak kembali kami saling diam. 

”Mas, bulan depan, ayah sama ibu mau datang ke sini. Mas mau ketemu nggak?”

”Oh, tentu mau. Nanti pastinya kapan beri tahu aja ya,” kataku. 

Inayah lalu bercerita tentang ayahnya yang pernah menjadi wartawan dan kemudian menjadi dosen di Pekanbaru. Inayah anak sulung. Dia yang paling ingat, masa-masa ayahnya masih bekerja sebagai wartawan. 

”Bangga sekali dia menjadi wartawan. Tapi tekanan-tekanan yang dia terima karena pemberitaan medianya membuat dia menyerah. Menjadi dosen bukan pekerjaannya idamannya. Meski dia sangat suka mengajar, seperti ibuku yang juga guru,” kata Inayah.

”Jadi, bakat mengajarmu itu karena ibumu juga guru dan ayahmu dosen,” kataku. 

”Ya, betul. Dan saya melihat ada sosok ayah dalam dirimu, Mas. Ayah yang dulu wartawan,” kata Inayah. 

”Oke, nanti kalau ketemu beliau akan saya lihat apa betul penghilatanmu. Atau kamu salah lihat karena mata hatimu rabun oleh sesuatu...” 

”Sesuatu itu apa?”

”Nggak tahu. Kamu yang ngerasain...”

Kategori :